Date:

Share:

Ad-Dhuha: Bukti Cinta Allah pada Hamba-Nya

Related Articles

Kuliah Shubuh pada hari Rabu, 19 Ramadhan 1443 H/20 April 2022 di Masjid Jami’ Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) disampaikan oleh Al-Ustadz Dr. H. Imam Kamaluddin, Lc., M. Hum.. Pada kuliah shubuh ini, beliau menyampaikan materi yang berkenaan tentang tafsir surat Ad-Dhuha.

“Ad-Dhuha adalah cerita tentang kegundahan, kegelisahan, juga obat yang Allah Subhanahu wa ta’ala turunkan,” ujar Al-Ustadz Imam Kamaluddin di awal kuliah sebagai pembuka materi yang akan disampaikan.

Lebih lanjut beliau mengatakan, jika sebelum surat ini turun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang dalam keadaan gelisah. Baginda gelisah lantaran sudah 6 bulan tidak didatangi oleh malaikat Jibril yang membawa wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala. Sampai pada titik ini baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sempat berfikir, jangan-jangan Allah sudah benci dan tidak peduli lagi kepadanya. Beliau bertanya-tanya, mengapa Allah tidak merespon do’a yang ia panjatkan, padahal beliau juga telah berusaha memperbaiki kualitas ibadahnya.

Setelah penantian panjang penuh kegelisahan, akhirnya turunlah surat Ad-Dhuha sebagai penawar kegelisahan yang dirasakan oleh Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam.

“Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalah), dan demi malam apabila telah sunyi.”

Ayat pertama menyebutkan demi waktu dhuha, waktu pagi saat matahari belum naik terlalu tinggi. Dari ayat pertama ini seakan Allah subhanahu wa ta’ala mengisyaratkan bahwa, waktu masih pagi, cahaya baru muncul, janganlah berputus asa terlebih dahulu. Sedangkan ayat kedua menyebutkan malam, waktu dimana banyak manusia yang sedang mengalami gundah atau depresi sulit beristirahat.

“Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu,”

Kemudian di ayat ketiga, di sini lah semua kegelisahan Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam terobati, sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala tidak meninggalkan dan tidak pula membencinya. Keadaan seperti ini yang seringkali kita rasakan dalam berdo’a. Saat kita merasa telah memperbaiki kualitas ibadah kita, berusaha lebih khusyu’ dalam berdo’a, tetapi apa yang kita harapkan tidak kunjung tiba, sehingga timbul rasa gelisah dalam diri kita. Padahal, boleh jadi Allah tidak mengabulkan do’a kita karena apa yang kita inginkan dapat berdampak buruk suatu saat, atau sebenarnya kita telah mendapatkan pengganti yang lebih baik tanpa kita sadari.

“dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan”

Pada ayat keempat ini mengatakan bahwa, kehidupan akhirat lebih baik daripada kehidupan di dunia. Dunia tempat kita berproses untuk meraih kebahagiaan di akhirat kelak, dalam proses itu kadang kita menemui kegagalan, kesulitan, dan kegelisahan. Jika semua itu berhasil kita lewati dengan baik, dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala, hadiah besar berupa kenikmatan akhirat dapat kita raih.

“Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.”

Ayat ini merupakan janji Allah subhanahu wa ta’ala kepada hamba-Nya. Ia akan memberikan karunia-Nya baik berupa do’a kita yang dikabulkan sesuai keinginan, atau diberi pengganti yang jauh lebih baik. Allah subhanahu wa ta’ala mencintai hamba-Nya, dan hanya Ia yang tau cara terbaik untuk mengekspresikan rasa cinta itu.

“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu), dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk, dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.”

Ayat keenam hingga delapan surat Ad-Dhuha merupakan bentuk kecintaan Allah pada hamba-Nya. Ia selalu jadi penolong dalam kesulitan,

“Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah engkau menghardik(nya). Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).”

3 ayat terakhir ini merupakan perintah-Nya. Setelah semua nikmat dan pertolongan yang kita dapat, hendaknya kita senantiasa bersyukur, tidak bertindak semena-mena, terlebih pada anak yatim dan kaum fakir miskin. Ungkapkanlah nikmat yang kita dapat, namun bukan untuk riya’ dan sombong, melainkan untuk mensyukuri nikmat tersebut.

Di akhir kuliah, Al-Ustadz Imam Kamaluddin berpesan bahwa walaupun harapan kita belum terwujud, Allah tidak akan meninggalkan kita.

“Ketika Allah sudah membuka hatimu tentang penolakan do’amu dan engkau paham apa yang terjadi, maka bisa jadi pemberian terbaik dari Allah. Maka Allah tidak akan meninggalkan kita bagaimanapun juga.” Pesan beliau di akhir kuliah. Alif/Rizqon

 

Disarikan dari Kuliah Shubuh yang diisi oleh Al-Ustadz Dr. H. Imam Kamaluddin, Lc. M.Hum. di masjid Jami’ Pondok Modern Darussalam Gontor.

 

Baca Juga:

Menyucikan Diri Dengan Berpuasa

Mulia Dengan Alquran

Kemuliaan Bulan Ramadhan

Menanamkan Jiwa Kesabaran dan Keikhlasan

Popular Articles