Date:

Share:

Dimensi Ketakwaan dan Pemanfaatannya di Bulan Ramadhan

Related Articles

Kamis, 6 Ramadhan 1443 H/7 April 2022 M dalam acara Kuliah Shubuh yang diisi oleh Al-Ustadz Dr. Mulyono Jamal, M.A. di Masjid Jami’ Pondok Modern Darussalam Gontor. Di dalam kuliahnya kali ini, beliau mengusung tema tentang tingkatan takwa atau dalam istilah beliau, Dimensi Ketakwaan.

Poin pertama yang disampaikan kepada jama’ah shalat shubuh Masjid Jami’, yang terdiri dari santri kelas 5 dan 6 serta beberapa asatidz PMDG ketika itu, ialah tentang rasa syukur. Syukur karena masih diberi kesempatan untuk merasakan bulan Ramadhan di tahun ini. Dan berdoa semoga masih diberi kesempatan untuk merasakan Ramadhan di tahun yang akan datang.

Rasa syukur ini dapat diwujudkan dengan pemanfaatan nikmat bulan Ramadhan tadi, melalui amalan-amalan sholeh yang dilakukan atas dasar ketakwaan kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Dikutip dari ayat yang menjelaskan tentang puasa, yaitu QS. Al-Baqarah ayat 183, terdapat 3 kata kunci penting, antara lain: آمنوا (Iman), الصيام (Puasa), dan تتّقون (Takwa). Di surat yang sama yaitu pada ayat 21, kata beliau, ada 2 kata kunci: اعبدوا (Sembahlah) dan تتّقون (Takwa). Berangkat dari kata-kata kunci tersebut, yang dapat disimpulkan adalah bahwa puasa itu berlandaskan iman dan bertujuan untuk takwa, juga semua jenis persembahan kepada Allah (Ibadah) juga untuk takwa.

Berbicara mengenai takwa, yang menjadi tujuan dari seluruh ibadah ini, terdapat banyak sekali ayat yang menjelaskannya. Namun di dalam kuliah shubuh kali ini, beliau mengutip dua diantaranya, yaitu di dalam QS. Ali Imran ayat 102 disebutkan:

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim” (QS. Ali Imran : 102)

Dan juga QS. Al-Hujurat : 13

“…Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa…” (QS. Al-Hujurat : 13)

Dari dua ayat di atas, dapat diketahui bahwasanya dalam ketakwaan, ada yang disebutkan di Al-Quran sebagai “sebenar-benar takwa” dan ada juga “yang paling bertakwa”. Oleh sebab itu, takwa di sini memiliki tingkatan atau dimensi; ada yang di posisi pertama (yang paling), posisi kedua (lebih dari), dan posisi ketiga (biasa). Lantas, seperti apakah pembagian takwa ini?

Di dalam hadits riwayat Imam Bukhari yang diambil dari kitabnya, Shahih Bukhari, dari Abu Hurairah r.a., dia menceritakan ketika datang seseorang (yang ternyata ia adalah Jibril) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam tentang 3 hal, “apa itu Iman?…apa itu Islam?…apa itu Iman?…” (HR. Bukhari no. 50).  3 hal yang disebutkan dalam hadits di atas inilah yang, kata beliau, merupakan dimensi ketakwaan.

Urutan yang paling bawah atau nomor tiga adalah “Islam”, kemudian di atasnya nomor dua “Iman” dan terakhir yang paling atas adalah “Ihsan”. Ketika seseorang mengerjakan suatu amalan dengan beralaskan tuntutan, maka tingkatannya dalam dimensi takwa baru sebatas “Islam” saja, artinya ia telah mengerjakan rukun islam, namun hanya di situ saja. Lain halnya dengan orang yang mengerjakan amalan dan yakin bahwasanya itu bukanlah tuntutan melainkan perintah Allah Subhaanahu Wa Ta’ala, maka ia sudah berada dalam tahap “Iman”, yaitu melaksanakan amalan dengan penuh keyakinan akan rukun iman. Kemudian, jika ia mengerjakan amalan seakan-akan ia melihat Allah, bagaikan pekerja yang dilihat oleh atasannya, ia akan totalitas dan sungguh-sungguh dalam amalannya, tingkatan inilah yang disebut sebagai “Ihsan”.

Di akhir kuliah, beliau menyampaikan tentang bagaimana kita dapat meningkatkan dimensi ketakwaan kita di bulan Ramadhan ini? Yaitu dengan cara selalu meningkatkan kualitas ibadah dan amalan-amalan shaleh lainnya, sehingga seorang muslim dapat memanfaatkan momen Ramadhan ini sebagai ajang peningkatan kualitas diri dan ibadahnya.Abdurrahman

Disarikan dari Kuliah Shubuh yang diisi oleh Al-Ustadz Dr. Mulyono Jamal, M.A. di masjid Jami’ Pondok Modern Darussalam Gontor

 

Related Articles:

Rukun Syukur; Bekal untuk Menyambut Hari Esok

Santri; Pemuda Masa Kini, Tokoh Besar di Masa yang Akan Datang

Kuliah Shubuh: Takwa dan Hawa Nafsu

Popular Articles