Date:

Share:

Ramadhan; Momentum Peningkatan Diri

Related Articles

Kuliah Shubuh di Masjid Jami’ Pondok Modern Darussalam Gontor pada hari Jumat, 7 Ramadhan 1443/8 April 2022 disampaikan oleh Al-Ustadz H. Muhammad Hanif Hafidz, S.Ag. Beliau mengajak para jama’ah untuk mensyukuri nikmat Allah Subhaanahu Wa Ta’ala yang berbentuk tiga macam; nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan.

Dengan iman, jika sudah menempel pada diri seorang muslim maka segala amalan yang diperbuatnya akan lancar dan ringan. Karena keimanan inilah yang akan membimbing dan mengawal setiap muslim. Kemudian islam, ajaran islam berisikan syariat-syariat atau tuntunan dalam beribadah kepada Allah, dengannya jelaslah jalan yang kita tempuh. Yang terakhir, kesehatan merupakan nikmat yang sangat berharga, dengannya kita bisa melaksanakan ibadah dengan baik.

Melanjutkan pembahasan nikmat yang akan berefek pada ibadah tadi, beliau menjelaskan bahwa jika hidup ini diibaratkan dengan perjalanan dari Ponorogo ke Jakarta, mungkinkah kita berangkat tanpa berhenti? Pastinya kita akan berhenti di suatu tempat, anggaplah terminal, untuk sekedar menghela nafas sejenak. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala telah memberikan kepada kita terminal-terminal-Nya agar hamba-Nya dapat beristirahat, apanya yang beristirahat? Hatinya, bagaimana cara hati beristirahat? Dengan ibadah.

Terminal yang pertama, ialah “Terminal Harian” yaitu melalui shalat fardhu 5 waktu setiap harinya, sehingga adanya adzan di setiap waktunya ini sebagai pengingat harian dari Shubuh hingga Isya’. Yang kedua, ada “Terminal Mingguan” yaitu Shalat Jumat di setiap minggunya. Kemudian, yang ketiga “Terminal Bulanan” yang mana di setiap bulannya dalam tahun Hijriyah terdapat keutamaan tersendiri, contoh: Rajab, Syawwal, dll. Dan yang terakhir adalah “Terminal Tahunan” yaitu bulan suci Ramadhan.

Allah Subhaanahu Wa Ta’ala memberikan kepada kita bulan Ramadhan ini setiap tahunnya, agar dapat dijadikan sebagai momentum peningkatan diri seorang muslim. Bulan Ramadhan ini, ungkap beliau, dapat diibaratkan seperti halnya kepompong yang di dalamnya terdapat fase perubahan dari ulat menjadi kupu-kupu.

Tahukah ulat? Terhadap ulat, orang-orang biasanya merasa jijik dan tidak suka bahkan takut dan menjauhinya. Beda halnya dengan kupu-kupu, ia adalah serangga yang indah, beragam warnanya, dan banyak orang yang menyukainya. Mungkin di hari-hari sebelum Ramadhan ini, seseorang sering berbuat maksiat, sering lalai akan shalatnya, dll. ibarat ulat yang banyak orang tidak suka tadi. Setelah melalui fase kepompong di bulan Ramadhan ini, orang itu dapat berbenah diri sehingga yang semula diibaratkan seperti ulat tadi, dapat berubah menjadi kupu-kupu yang indah, yaitu pribadi yang lebih baik lagi.

Untuk itu, di akhir kuliah beliau menyampaikan, agar setiap muslim dapat memanfaatkan bulan suci ini sebaik-baiknya dengan memperhatikan empat hal; Fisik, Pikiran (Ilmu), Ruh, dan Maal (Harta). Jadikan Ramadhan ini sebagai peningkatan diri yaitu menjadikan fisik kuat, ilmu bertambah, ruh terjaga, dan harta dapat disedekahkan.Abdurrahman

Disarikan dari Kuliah Shubuh yang diisi oleh Al-Ustadz Muhammad Hanif Hafidz, S.Ag. di masjid Jami’ Pondok Modern Darussalam Gontor

 

Related Articles:

Dimensi Ketakwaan dan Pemanfaatannya di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan, Momentum Pembersihan Diri dari Penyakit Hati

Popular Articles