Date:

Share:

Panggung Gembira 62016

Related Articles

606  santriwati Gontor Putri kampus 1 menunjukkan kebolehannya dalam bidang kreativitas dan seni melalui Panggung Gembira (PG) pada Jum’at (11/9) lalu. Acara yang bertajuk “Islamic Golden Age” ini dimulai selepas Isya’ hingga pukul 12 malam di auditorium kampus 1 Putri dan berhasil menyedot banyak penonton. Meski terbentur dengan acara pondok yang tak pernah mati dan kelas enam menjadi tonggak berbagai acara tersebut, PG kali ini dapat berlangsung baik sesuai seperti apa yang diharapkan.

Menurut Wakil Pengasuh Gontor Putri kampus 1, Ustadz H. Ahmad Suharto, M.Pd.I, Drama Arena dan Panggung Gembira tahun ini lebih menonjolkan sisi kepondokmodernan dan jati diri wanita. Terbukti pada drama pada PG yang mengangkat cerita Roehana Kudus, seorang pahlawan nasional asal Padang dan perintis pers nasional yang memiliki komitmen kuat pada pendidikan terutama kaum perempuan. Pada zamannya, perempuan masih terbelenggu sebatas urusan rumah tangga tanpa adanya sebuah pergerakan untuk melawan segala keterbatasan tersebut. Maka Roehanna beserta suaminya melawan segala kejumudan tersebut melalui tulisan dan pemberdayaan perempuan melalui keterampilan yang berujung pada kesadaran akan pendidikan. Cerita ini dipusatkan pada perjuangan Roehana untuk mengangkat derajat perempuan tanpa melupakan kodrat dan fitrah. Tak salah dengan pemberian judul “The Real Sitti-l-Kull”

“Perputaran zamIMG_9047an memang tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Namun harus mendapatkan pendidikan dan perlakuan baik,” tegas Roehana Kudus. Bukan seperti feminisme yang merupakan salah satu isu kontemporer saat ini dan merusak aqidah. Bila faham ini ingin menyamaratakan hak serta kewajiban antara perempuan dan laki-laki hingga melupakan kodratnya, baik dalam bentuk sikap, etika dan tanggung jawab yang sebenarnya sudah diatur dalam Islam dengan baik, maka perjuangan Roehana Kudus ini ingin membangunkan kesadaran para perempuan akan potensi besar yang mereka miliki. Sebagai perempuan harus serba bisa (sitti-l-kull) karena akan menjadi pendidik bagi anak-anaknya. Al-ummu madrasatun idza a’dadtaha a’dadta syabban thayyibal a’raq.

Kelebihan PG adalah seratus persen menggunakan bahasa Arab dan Inggris. Baik MC, wayang bahkan drama pun harus berdialog dengan dua bahasa tersebut. Beberapa hal yang berbeda pada PG tahun ini adalah dekorasi full hampir di setiap sudut pondok, wayang, fashion show dengan selipan etiket dan lebih banyak acara yang mengandung unsur kesenian sehingga menjadi ciri utama. Adanya fashion show di Gontor Putri sendiri bukanlah untuk menunjukkan kecantikan diri dari segi fisik dan mengajarkan untuk menjadi model, namun sebagai contoh baju muslimah syar’i yang dapat diaplikasikan dan bentuk kreativitas. Maka unsur pendidikan di setiap acara, disamping sebagai hiburan, adalah mutlak dan menjadi ciri khas pagelaran seni di Gontor.

PG yang diketuai oleh Mega Kartika, Widya Mujahidah dan Eka Tri Putri ini menjadi salah satu saksi pengorbanan bahwa kelas enam pernah berjuang bersama di ladang penempaan untuk menjadi pribadi yang sitti-l-kull, tangguh dan siap menghadapi masa depan dengan identitas Gontori yang dimiliki. (dee)

Popular Articles