Date:

Share:

Memetik Ilmu dan Amal di Ladang Jihad Ujian Tulis

Related Articles

Mantingan – Mengingat ujian lisan yang telah berakhir 4 hari yang lalu, maka masa ujian tulis menjadi titik darah penghabisan santriwati sebagai pembuktian atas perjuangan selama awal tahun ini. ‘Ujian untuk belajar, bukan belajar untuk ujian’ inilah semboyan yang selalu menjadi pegangan karena ujian ada bukan untuk mengejar angka yang tinggi dalam raport, tapi sebagai tolak ukur seberapa mendalam ilmu yang telah kita serap.

Pengarahan Bapak Wakil Pengasuh pada pembukaan ujian tulis

Selasa 22 Oktober 2019, semangat santriwati memenuhi lapangan merah Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Kampus 1. Perkumpulan ini merupakan agenda wajib yang diadakan Gontor sebelum memulai perjuangan dalam medan ujian. Diawali dengan pidato dari Bapak Wakil Direktur Kulliyatu-l-Mu’allimat Al-Islamiyyah, Al-Ustadz Fairuz Subakir Ahmad, M.A. Kemudian dilanjutkan dengan pesan dari Bapak Wakil Pengasuh Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Kampus 1, Al-Ustadz Ahmad Suharto, M.Pd.I.

“Kita punya tanggung jawab Ilmu dan Amal kepada Allah, baru kemudian kepada orang tua. Ilmu bukan sekedar dihafalkan, tapi juga diamalkan dalam urusan agama, dunia, dan akhirat. Pula tanggung jawab akhlak, berakhlaklah layaknya wanita yang sholihah.” Tutur Al-Ustadz Fairuz Subakir Ahmad dalam pidatonya.

santriwati fokus dalam mengerjakan soal

Gontor memiliki keistimewaan dalam memberikan soal ujian, yaitu berupa uraian. Berbeda dengan kebanyakan sekolah pada umumnya yang memiliki jawaban pilihan ganda. Hal ini bertujuan untuk melatih santriwati agar dapat menguraikan dan menjabarkan pemahaman mereka terhadap pelajaran dan tidak hanya terpaku pada pilihan soal. Adanya ujian awal tahun ini akan menjadi tolak ukur dan evaluasi untuk kualitas belajar santriwati di semester berikutnya.

Ujian tulis awal tahun ajaran 1440-1441 ini melibatkan 3253 santriwati dari kelas 1-5, 598 panitia serta pengawas ujian dari siswi kelas 6, dan 224 asatidzah. Seluruhnya menjalankan peran masing-masing dengan kesungguhan dan kerja keras, karena bukan hanya santriwati yang diuji, namun sejatinya seluruh bagian yang turut didalamnya juga diuji, yaitu ujian keikhlasan. Sejatinya, pondok selalu terasa lebih ‘hidup’ ketika datang masa-masa ujian, karena seluruh warga Darussalam terlibat dalam setiap jengkal ujian kehidupan di dalamnya. Kamilaisl

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Popular Articles