Date:

Share:

Masjid Süleymaniye Turki: Titik Temu Nilai Turki dan Gontor

Related Articles

Gagah, elegan dan berwibawa. Menara masjid itu menjulang lurus ke atas mengantarkan pandangan kita ke langit Turki yg diselimuti tirai sutra keabu-abuan. Melangkah masuk ke masjid Süleymaniye, menginjak rumput lalu marmer yang tertata rapi. Kilasan sejarah dan api jiwa seperti berkelebatan dalam mesin waktu.

Senin, 1 November 2021, rombongan Rektor Universitas Darussalam Gontor (UNIDA Gontor) berkesempatan untuk mengunjungi Masjid Süleymaniye di Istanbul, Turki dengan ditemani oleh Dr. Henri Shalahuddin, salah satu dosen UNIDA Gontor yang berdomisili di Turki.

Sambil berkeliling di sekitar kompleks Masjid Süleymaniye, terjadi bincang menarik terkait hubungan antara Masjid Süleymaniye dengan Gontor.

Di kompleks Masjid Süleymaniye tersebut, terdapat banyak sekali fasilitas publik yang lengkap dan sangat memadai; mulai dari rumah sakit, Tıp Medresesi (sekolah kedokteran), Sıbyan Medresesi (sekolah untuk anak-anak), Darul Hadits, Darul Qurra’, bahkan hingga dapur umum. Hal ini melambangkan bahwa Masjid Süleymaniye yang terletak tepat di tengah kompleks tersebut menjadi pusat peradaban bagi masyarakat sekitarnya.

Fakta tersebut ternyata dapat ditemukan pula di Gontor dan banyak pesantren lainnya. Sebagai lembaga pendidikan Islam yang mendidik nilai religius yang tinggi bagi para santrinya, masjid menjadi pusat dari segala aktivitas mereka; baik itu kegiatan keagamaan maupun kegiatan akademis.

“Mendefinisikan Gontor (salah satunya) adalah: Masjid sebagai pusat aktivitasnya. Di sinilah tersambungkan (titik temunya), di mana lembaga-lembaga pendidikan Islam itu memiliki nasab yang sama. Dan secara kronologis, Gontor didirikan dua tahun pasca kejatuhan Turki Utsmani,” jelas senior researcher of Centre for Islamic and Occidental Studies (CIOS) ini.

Selain fakta menarik tersebut, di antara fakta menarik lainnya tentang Masjid Süleymaniye adalah lokasinya yang sangat strategis karena berada di atas bukit, sehingga terlihat lebih tinggi daripada bangunan di sekitarnya. Arsitekturnya pun dibuat dengan megah, berhadapan langsung dengan golden horn atau tanduk emas yang berada di Laut Marmara.

Dapur umum yang terletak di kompleks masjid juga menjadi tradisi yang turun-temurun bagi masyarakat Turki dalam berderma. Di sana, orang-orang bisa mendapatkan jatah makan secara gratis sebanyak 2 kali dalam satu hari untuk populasi hingga 1500 orang. Pendanaan untuk gerakan kedermawanan tersebut berasal dari dana yang terkumpul untuk perbuatan amal. (Husain Zahrul Muhsinin dan M. Taufiq Affandi, M.Sc.)

Popular Articles