Date:

Share:

Totalitas Pendidikan Gontor dalam 24 Jam

Related Articles

Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor
Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor

Hasil yang jauh berbeda, antara mereka yang menerima pendidikan di asrama dengan mereka yang tidak di asrama. Tidak banyak waktu kosong yang terbuang begitu saja bagi mereka yang tinggal di asrama. Waktu kosong tersebut akan diisi dengan kegiatan pendidikan. Berbeda halnya dengan mereka yang tidak berasrama. Ketika bel tanda berakhirnya jam pelajaran berdentang, seketika itu pula jam pendidikan ditutup. Jam belajar mereka tehitung dari jam tujuh pagi hingga pukul dua siang. Selebihnya adalah kekosongan, yang entah apa yang akan mereka lakukan untuk mengisi kekosongan tersebut.

Sering bertemu, hal inilah yang menjadikan hubungan batin antara guru dan murid terjalin begitu eratnya. Guru bisa menjadi guru, teman, kakak, atau orang tua bagi muridnya. Guru mendoakan murid dan murid mendoakan gurunya. Bila satu hari seorang guru tidak mengajar, maka dia akan sangat merindukan muridnya. Tapi, hubungan kurang terjalin erat bila guru dan murid jarang sekali bertemu. Sulit untuk memperat hubungan batin jika kesempatan pertemuan antara guru dan murid hanya tujuh jam saja.

Dalam 24 jam kehidupan di asrama, guru bisa menjadi tauladan langsung bagi para murid. Murid bisa langsung mencontoh bagaimana gurunya berperilaku, berbicara, berolahraga, berpakaian, hingga bagaimana caranya menyapu. Namun akan sedikit yang bisa diambil oleh murid dari gurunya jika keduanya hidup bersama hanya sepertiga hari. Ditambah lagi jika dipotong dengan hari libur yang terkadang tidak menentu.

Gontor dari awal rintisannya oleh Trimurti telah disiapkan sebagai tempat untuk menempa guru yang berkualitas. Guru yang mampu mengajar ilmu apa saja dan juga mampu menjadi seorang pemimpin. Pesantren Gontor dengan 24 jam kehidupannya adalah totalitas pendidikan. Pesantren tidak hanya mendidik intelektual, tapi Pesantren juga mendidik mental dan spiritual para murid.

Mendidik murid selama 24 jam memang tidak mudah. Guru benar-benar diuji untuk bisa membagi waktu seadil mungkin. Bagaimana seorang guru membagi waktu untuk pribadinya, kuliahnya, murid-muridnya dan juga pondoknya. Namun, disinilah letak keindahan dari perjuangan, pengorbanan dan keihklasan. farouq

Disampaikan K.H. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. di Masjid Pusaka, Jum’at, 24 Mei 2013

 

 

Popular Articles