Date:

Share:

K.H. Hasan Abdullah Sahal: Meraih Kesempurnaan Hidup

Related Articles

Manusia dalam sejarahnya pernah benar dan salah. Sementara Allah selalu Maha Benar. Banyak rambu-rambu kehidupan , kurang ditaati manusia, hingga seakan-akan tak diperlukan lagi. Iblis pun menjadi ringan tugasnya, karena banyak manusia menjelma menjadi iblis yang nyata.

Menuju kesempurnaan hidup, haruslah dengan bersih, suci, dan menjalankan kehidupan juga harus dengan kesucian hati, pikiran, fisik, hingga pakaian. Jabatan dan harta kekayaan harus bersih dan selalu dibersihkan. Sebab, yang suci/bersih akan bersih, dan yang kotor pasti akan kotor. Padahal Allah hanya menyukai hal-hal yang bersih.

Sebagai syarat keberhasilan, keteladanan umam Islam menjadi kewajiban utama. Tanpanya akan sulit tuntunan/ajaran Islam masuk ke dalam hati umat manusia. Cinta bias masuk meski pintu tertutup karena jendela-jendela hidayah diterima, diterobos oleh hati-hati yang bercinta. Hanya hidayah dari Allah yang berperan menentukan cinta dan mengarahkannya pada Yang Maha Suci.

Hasil kurang maksimal yang digapai oleh kaum tua dalam mendidik generasi muda harus menyadarkan semua pihak. Mental-mental colonial, watak ketergantungan yang sudah kumal dan kuno, sudah saatnya dihilangkan. Apalagi ketergantungan umat kepada selain Allah dan ajaran-Nya.

Butuh keteguhan, kesungguhan, dan kesadaran hidup agar upaya ini menjadi nyata. Ujian dan musibah jangan menjadi halangan. Karena khusus orang-orang pilihan, harus mengalami langsung ujian dan musibah.

Terlebih kemurnian syahadat, kekhusyukan shalat, keikhlasan zakat, kesucian puasa, kesempurnaan haji, kejujuran usaha, keadilan dalam menghukumi, keteladanan mendidik, dan lain-lain, pasti diuji oleh seribu satu godaan.

Kebendaan, kebebasan, kemaksiatan terbuka luas, janganlah ia menjadi alasan untuk menghancurkan jati diri, harga diri, kesehatan, dan masa depan diri sendiri, keluarga, maupun Negara.

Jangan karena krisis iman digadaikan, bangsa diperjualbelikan kepada pihak yang tak suka umat beriman, atau hati nurani diserahkan kepada setan/iblis hanya untuk kelezatan sekejap. “Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, meskipun ia mengemukakan alasan-alasannya.”  (QS al-Qiyamah/75: 14 dan 15)

Banyak kalangan ingin menyelesaikan masalah, tapi justru mendatangkan masalah baru. Membersihkan malah dengan kotoran, memperbaiki justru dengan keburukan.

Ada pula yang merasa paling suci, paling benar tak mau menerima pendapat atau kehadiran orang lain, sehingga ia kembali ke pojok-pojok kecil dalam dunia dan tak punya peran di tengah luasnya kemajuan masyarakat. Ia hanya menjadi makanan umpuk bagi para petualang, bunglon, dan tikus-tikus berjenggot bermain voli, getol bersilat lidah berebut gengsi.

Yang paling bahagia hanyalah umat yang selalu sadar sejak awal hingga akhir. Karena di sanalah Allah bersama malaikatnya menyertai. Bumi yang luas ini menjadi sempit karena watak kebinatangan itu. Orang congkak tak mau dikalahkan, tak mau diungguli, apalagi tak mau diajar. Sementara orang kecil malah minder, tak punya pegangan, hidup terus bergantung kemana saja. Manusia sering membuat aturan atau undang-undang untuk menjaga keselamatan pribadi, bukan untuk nilai bagi masyarakat luas.

Islam itu ringan, simple, dan mudah. Hanya saja, manusia dengan ketergantungannya pada situasi malah sering mempersulitnya. Maka umat harus meninggalkan itu, karena acapkali menjadi setan. Jangan sampai kita dijajah oleh situasi maupun rutinitas ciptaan manusia. Ada keharusan mengkondisikan diri dalam perubahan situasi apapun. Agar SDM berkembang tanpa meninggalkan syariat, nilai, dan moral spiritual kemanusiaan yang sempurna.

Umur tak bisa ditawar. Maka istighfar dan tobat harus terus dilakukan. Bukan musim-musiman, harian, mingguan, bulanan, apalagi tahunan. Setelah ini, insyaallah tak ada lagi alasan untuk tidak giat dalam proses peningkatan keimanan dan ketakwaan, agar ibadah kita lebih mantap dan kuat. Serta dapat mengisi sisa umur dengan amal shalih dan perbuatan nan bermanfaat sesuai ajaran agama.

Bukan waktunya lagi malu atau takut menyatakan dan melakukan tuntunan keislaman. Ya Allah, tunjukanlah kami, keluarga kami, jamaah kami, bangsa kami, umat kami, bahwa benar itu benar dan yang batil itu batil. Dan berilah kami kekuatan lahir dan batin menjalankan, memperjuangkan, menghindari dan menentangnya. irba

Popular Articles