Date:

Share:

Catatan Ustadz Suharto: Wisata Peradaban ke Jepang (Bagian I)

Related Articles

Pemberangkatan dari Kedubes Jepang di Jakarta
Pemberangkatan dari Kedubes Jepang di Jakarta

Alhamdulillah, sebuah kesempatan emas saya dapatkan ketika Bapak Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor menunjuk saya untuk mengikuti seleksi program kunjungan pimpinan pesantren ke Jepang atas prakarsa Kedutaan Besar Jepang di Indonesia yang bekerja sama dengan PPIM (Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat), sebuah lembaga penelitian yang dikelola oleh para dosen peneliti di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Acara bertajuk “Pesantren Leaders’ Visit to Japan” ini berlangsung dari tanggal 20 s.d. 31 Oktober 2013. Setelah ditunjuk untuk mengikuti seleksi, saya langsung menghubungi K.H. Masyhudi Subari, M.A., Direktur KMI Gontor Pusat, untuk memohon penjelasan tentang program tersebut, hal-hal yang harus saya persiapkan dan langkah-langkah yang harus saya tempuh, karena beliau telah berpengalaman mengikuti program ini beberapa tahun lalu bersama H. M. Adib Fuadi Nuriz, M.A., M.Phil. Alhamdulillah, saya mendapatkan gambaran yang jelas sekaligus dorongan motivasi dari beliau.

Kemudian saya mendapatkan informasi dari Ustadz Masyhudi bahwa pada hari Jum’at, 20 September 2013, ada kunjungan dari staf Kedubes Jepang di Jakarta ke Gontor untuk menyampaikan rencana program kunjungan sekaligus wawancara dengan calon anggota delegasi, karena itu saya diminta untuk ikut menghadiri pertemuan tersebut. Yang datang berkunjung dalam kesempatan tersebut adalah Bapak Shintani Naoyuki, seorang penasihat Kedubes Jepang di bidang politik disertai Bapak Dadi Darmadi, seorang pengurus PPIM UIN Jakarta sekaligus dosen UIN Jakarta yang sedang melaksanakan tugas belajar di Harvard University USA. Sementara itu, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, K.H. Hasan Abdullah Sahal dan K.H. Syamsul Hadi Abdan, bersama Ketua IKPM K.H. Akrim Mariyat dan Direktur KMI K.H. Masyhudi Subari menyambut kedatangan tamu dari Kedubes Jepang ini.

Dialog
Bapak Shintani ditemani Bapak Dadi Darmadi datang seperempat jam lebih awal dari jadwal, kami menerima beliau berdua di Kantor Pimpinan. Bapak Shintani menjelaskan bahwa program kunjungan delegasi ke Jepang sudah dilaksanakan sejak 10 tahun lalu. Jadi, kali ini akan menjadi kunjungan yang kesepuluh dalam satu dasawarsa. Hal ini menambah keistimewaan kunjungan. Dari pengamatan panitia pelaksana, kunjungan delegasi ke Jepang dinilai positif, baik untuk pihak Jepang dalam mengenalkan budaya dan dinamika masyarakat Jepang yang sangat progresif maupun di pihak anggota delegasi yang sering mendapatkan inspirasi positif untuk kemajuan lembaga pendidikan pesantren yang dikelola. Karena itu acara ini masih akan dilanjutkan. Sementara itu pesantren menjadi prioritas karena dinilai mempunyai basis kuat di masyarakat.

Selanjutnya Bapak Shintani meminta waktu khusus untuk mewawancarai saya di Kantor Pimpinan. Bapak Shintani membuka dialog dengan sebuah pertanyaan, “Tentunya selama ini Ustadz sudah mendengar dan mengetahui Negara Jepang, apa yang terkesan di benak Ustadz tentang Jepang?” Saya manjawab, “Jepang yang saya kenal adalah sebuah negara yang sangat cepat menggapai kemajuan sehingga mampu bersaing dengan negara-negara industri maju di Barat, cepat bangkit me-recovery diri setelah diserang oleh bom atom dan juga dari berbagai bencana gempa bumi serta tsunami. Itulah salah satu poin yang terkesan dalam diri saya.” Pak Shintani melanjutkan, “Kalau nanti Ustadz berkesempatan berkunjung ke Jepang, kira-kira hal apa yang menarik bagi Ustadz untuk dipelajari?” Saya katakan, “Pertama-tama, karena tugas saya di pesantren sebagai Direktur KMI, tentu saya akan banyak mengamati kemajuan sistem pendidikan yang ada di Jepang, saya akan mencari sisi-sisi keunggulan Jepang dalam pendidikan dari berbagai aspek. Selanjutnya berkaitan dengan program besar Gontor untuk membangun Universitas Darussalam yang bermutu, saya juga sangat berkepentingan untuk belajar hal-hal yang berkaitan dengan dunia kampus, metode pengajaran dan pengembangan sains dan lain-lainnya. Dan yang tidak kalah pentingnya bagi saya adalah ingin mengenal lebih jauh karakter, watak dan kepribadian bangsa Jepang sehingga mampu menjadi bangsa yang maju.”

Bapak Shintani menutup dialog dengan pertanyaan ketiganya, “Apakah ada harapan atau barangkali kekhawatiran Ustadz selama acara kunjungan ke Jepang, kalau nanti Ustadz berkesempatan?” Saya menjawab, “Ya, alhamdulillah saya tidak mempunyai kendala kesehatan serius, hanya kadang asam lambung meningkat dan perut agak mual kalau sedang banyak fikiran. Saya berharap agar selama kunjungan nanti bisa tetap leluasa menunaikan ibadah shalat, mendapatkan makanan halal dan tentunya bisa bertemu dengan tokoh-tokoh Islam di Jepang untuk mengetahui perkembangan dakwah Islam di Jepang”. Demikianlah dialog singkat dengan Bapak Shintani sebagai bahan untuk penyeleksian peserta delegasi kunjungan.

Pesan dan Wejangan
Segera setelah mendapat kepastian keberangkatan ke Jepang, saya pergi ke Gontor untuk sowan dan mohon arahan dari Pimpinan Pondok. Setelah saya jelaskan perkembangan rencana kunjungan ke Jepang, mencakup berbagai informasi yang saya himpun selama ini, K.H. Syamsul Hadi Abdan berpesan agar saya bisa mengikuti acara dengan seksama, menyerap segala yang baik untuk memantapkan perjuangan di Gontor. Sementara itu, K.H. Hasan Abdullah Sahal memberikan bekal pengalaman yang banyak, tips-tips dan kiat-kiat saat berkunjung ke Jepang nanti, karena beliau berdua sudah berpengalaman bepergian ke luar negeri, termasuk ke Jepang beberapa tahun lalu, sampai masalah makanan apa saja yang sebaiknya kita persiapkan sendiri selama di Jepang juga beliau sampaikan. Saya ditemani istri juga sempat sowan menghadap K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi di kediaman beliau. Sambil menemani beliau melakukan terapi, saya sampaikan rencana kunjungan ke Jepang, memohon restu dan doa serta pesan-pesan sebagai bekal.

Sebelum hari keberangkatan, saya sowan sekali lagi ke Pimpinan Pondok untuk berpamitan. Kali ini, K.H. Hasan Abdullah Sahal mengingatkan saya lagi bahwa muhibah ini bukan sekadar plesir atau tamasya pribadi, tetapi sebuah misi dengan membawa nama besar Gontor, “Kamu merupakan representasi dari Gontor dalam kunjungan ini, apa saja yang harus kamu lakukan, jabarkan sendiri.” Saya memohon doa dan berpamitan setelah mendapat banyak sangu baik berupa maddy maupun ma’nawy.

Keberangkatan
Setelah mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng, saya dijemput seorang petugas dari Kedubes Jepang, Pak Taufiq. Sebagai orang pertama yang tiba di bandara, saya diminta untuk menunggu teman-teman peserta yang lain. Beberapa saat kemudian, saya bertemu dengan seorang ibu yang kemudian saya kenal sebagai Ibu Fauziah Direktris Madrasah Mu’allimat Muhammadiyah Jogjakarta. Tidak lama kemudian, kami bertemu seorang ustadz muda dari Sulawesi yang kemudian kami kenal bernama Firdaus, yang ternyata merupakan jebolan Kelas 5 KMI Gontor pada tahun 2007. Masih ada satu peserta lagi yang kami tunggu, yaitu Ustadz Abdul Karim Ghafur dari Lombok, teman seangkatan saya di KMI Gontor pada tahun 1985. Ternyata di mana saja kita akan dengan mudah bertemu anak-anak Gontor. Memang Gontor ada dimana-mana tetapi tidak kemana-mana. Setelah komplit, kami segera meluncur ke Hotel Pullman di dekat Bunderan HI.

Pemberangkatan dan Briefing
Di Hotel Pullman, kami disambut oleh Bapak Shintani dan beberapa staf Kedubes. Jarak antara hotel kami dengan kediaman Dubes Jepang, Bapak Yoshinori Katori sangat dekat. Selain berjarak dekat dengan Kantor Kedubes Jepang, Hotel Pullman dipilih karena banyak menjadi tujuan utama tamu-tamu resmi Jepang. Saat tiba di kediaman Bapak Dubes, tempatnya sudah ramai dipadati orang, sebagian merupakan home staf dan local staf Kedubes, sebagian lagi para pengurus PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tampak hadir pula Bapak Prof. Dr. Azumardi Azra (mantan Rektor UIN), beberapa dosen bahkan para kuli disket juga ramai menghadiri acara ini.

Rapi, disiplin, dan tepat waktu. Itulah standar kegiatan ala Jepang. Bapak Dubes mengawali sambutan dengan ucapan selamat datang kepada para peserta, menerangkan hubungan bilateral antara Jepang dan Indonesia yang semakin harmonis di berbagai sektor serta tujuan diadakannya kegiatan “Pesantren Leaders’ Visit to Japan” ini. Beliau berharap agar para peserta bisa menikmati kunjungan ini serta mendapatkan banyak manfaat untuk dibawa pulang ke Indonesia. Prof. Azumardi Azra mendapat kesempatan menyampaikan kata sambutan berikutnya, beliau mengapresiasi kesediaan Kedubes Jepang untuk konsisten menyelenggarakan acara ini, sehingga kita sebagai umat Islam Indonesia tidak hanya mempunyai memori negatif tentang Jepang, banyak sisi-sisi positif dari negeri Jepang yang bisa kita ambil pasca Perang Dunia II. Beliau juga memaparkan data bahwa sebenarnya ada hubungan yang istimewa antara umat Islam Indonesia dengan Jepang sejak masa persiapan kemerdekaan hingga kini; hanya pada masa Jepang-lah umat Islam Indonesia bersatu di bawah panji satu partai politik Masyumi, Jepang juga yang merintis Kantor Urusan Agama di Indonesia yang menjadi cikal bakal berdirinya Departemen Agama, Jepang juga yang menyiapkan pasukan Peta yang menjadi embrio Tentara Nasional Indonesia dan di era merdeka. Terutama pada beberapa dasawarsa terakhir ini, Jepang ikut aktif memberikan bantuan kepada Indonesia, termasuk pembangunan Fakultas Kedokteran dengan peralatannya yang lengkap berstandar Jepang di UIN Jakarta, dan tentu saja mensponsori acara kunjungan delegasi ke Jepang yang sudah memasuki tahun kesepuluh ini. Beliau berharap agar para peserta bisa belajar banyak dari Jepang. “Kalau belajar agama, kita bisa ke Timur Tengah, tetapi kalau ingin belajar peradaban manusia yang tinggi, ketertiban, kerapian, kebersihan, ketepatan waktu, kedisiplinan dan sebagainya, yang tepat, ya… ke Jepang,” ujar beliau. Memang, kita akan menemukan banyak hal yang sudah hilang di Indonesia justru ada di Jepang, hal-hal yang masih dalam tataran normatif di lingkungan kita sudah sangat aplikatif dan membudaya di Jepang.

Pada hari Ahad, 20 Oktober 2013, Bapak Shintani ditemani staf Kedubes membawa kami ke ruang pertemuan dan kemudian acara briefing pun dimulai. Briefing ini bertujuan memberikan bekal wawasan dan persamaan persepsi kepada para peserta, penjabaran detail program dan bagaimana kami akan mengisi waktu selama 11 hari di Jepang. Acara dimulai dengan perkenalan antara anggota peserta delegasi dan staf Kedubes yang hadir, dilanjutkan dengan pemutaran film dokumenter tentang Jepang dari berbagai aspek, kemajuan teknologi yang dipadu dengan ketekunan dan keindahan, budaya kuliner, keindahan alam, kehidupan keagamaan, pendidikan, dan lain-lain. Selama lebih dari 30 menit kami dibuat terpana menikmati film ini, kekaguman dan rasa salut merayap di dada kami masing-masing. Memang, Jepang bangsa besar, bangsa maju, bangsa yang mampu bangkit dari serangan bom atom dan berbagai bencana, mampu bersaing dengan negara-negara industri maju lainnya di Eropa dan Amerika, hal itu kita semua sudah mengetahuinya, tetapi apa di balik semua itu, mengapa bisa demikian, dan bagaimana Jepang membangun dirinya menjadi negara maju? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya harus kami temukan selama kunjungan 11 hari di Jepang.

Adapun nama-nama peserta kunjungan ke Jepang pada tahun ini adalah Dadi Darmadi (PPIM UIN Jakarta), Abdul Zufri Pauji (PP Annuqthah, Banten), Enong Nurmutia (PP LH al-Ihya, Banten), Ela Holila Ahmad Syahid (PP al-Qur’an,al-Falah, Bandung), Fauziyah Tri Astuti (M Mu’allimat Muhammadiyah, Jogjakarta), Ahmad Suharto (Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo), Muhammad bin Mu’afi Zaini (PP. Nazhatutthullab, Sampang), Abdul Karim Abdul Ghafur (PP. Nurul Bayan, Lombok), Muhammad Husin Ali (PP Darussalam, Martapura), Jailani bin Dulah (PP Rasyidiyah Khalidiyah, Amuntai), Ali Hasan al-Jufri (PP al-Khairaat, Dolo Sulawesi Tengah), Firdaus Abdul Halim (PP. Assalafi, Parappe, Sulawesi Selatan).

Acara briefing lebih banyak diisi dengan tanya jawab, Bapak Shintani sangat sabar melayani pertanyaan para peserta hingga tiba waktu bersantap siang. Setelah briefing kami juga dibekali beberapa brosur dan majalah yang mendeskripsikan Jepang dari berbagai aspeknya. Selanjutnya kami kembali ke hotel, dan bersap-siap berangkat ke Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng untuk terbang ke Jepang, waktu flight kami pukul 22.00 WIB yang bertepatan dengan pukul 24.00 waktu Jepang. Penerbangan membutuhkan waktu sekitar 7 Jam sehingga kami tiba di Bandara Narita pada hari Senin, 21 Oktober 2013.

 

Popular Articles