Date:

Share:

Selamat Jalan Al-Ustadz Nashrulloh

Related Articles

Cukuplah rangkaian alphabet itu menjadi saksi

Safar panjang seorang pengembara

Melaut dengan penanya

Tenanglah di ufuk ke haribaan-Nya

Pujangga kami, Ust Nashrulloh

Duka mendalam mewarnai senja Pondok Modern Darussalam Gontor, Jum’at, 28 Desember 2018. Adalah Drs. H. Nashrulloh Zainul Muttaqien, guru kami, putra pendiri Gontor, telah kembali ke haribaan Allah SWT di usia 57 tahun. Beliau wafat di Rumah Sakit Darmo Surabaya pada pukul 16.50 WIB.

Sejak Rabu, 26 Desember 2018, beliau merasakan sesak nafas dan sakit di bagian perut, kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Darmo. Pada Jumat pagi, tekanan darah beliau menurun hingga angka 40, setelah diberi penanganan oleh dokter, tekanan darah beliau justru meningkat sampai angka 100. Usai Shalat Jum’at, kondisi beliau semakin kritis, hingga sore harinya beliau kembali kepada Allah SWT.

Ustadz Nashrulloh, kami lebih akrab dengan panggilan “Pak Atul” memang sudah memiliki riwayat penyakit ginjal selama kurang lebih 15 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, beliau harus pulang pergi rumah sakit untuk melakukan cuci darah. Meski demikian, beliau amat sangat aktif dalam pelbagai kegiatan Pondok Pesantren.

Di setiap detail kegiatan Pondok, Ustadz Nashrulloh selalu ada untuk membimbing.

Usai menyelesaikan Sarjana di Universitas Gajah Mada tahun 1988, beliau kembali ke Gontor, tidak lain adalah untuk mengabdikan ilmunya di ladang amal yang telah didirikan ayahnya, K.H. Imam Zarkasyi. Tercatat sejak tahun 1986, beliau sudah aktif mengajar di Institut Studi Islam Darussalam, kemudian pada tahun 1989, beliau juga mengajar di Kulliyyatul Mu’allimin Al-Islamiyyah.

Selain mengajar, wawasan dan keilmuan Ustadz Nashrulloh diabdikan di Gontor dalam berbagai bidang kepanitiaan. Beliau sangat aktif dalam berbagai kepanitiaan dan penyambutan tamu besar.

Ustadz Nashrulloh sangat rajin menyapa para panitia di lapangan, kemudian mengevaluasi jika ada kekurangan, kadang “mengangkat suara” jika ada hal yang tak beres. Namun itulah Pak Atul, dengan segala ketegasan dan keberaniannya, mengayomi para junior dengan penuh rasa cinta. Tak bisa dilupakan, bahwa Ust Nashrulloh seringkali memeriksa rambut para calon wisudawan saat gladi dilaksanakan, jika ada rambut terlalu panjang, beliau akan segera memotong di tempat.

Adalah Jurnal Tahunan Warta Dunia Pondok Modern Darussalam Gontor ladang amal beliau yang sangat terasa pengaruhnya. Sejak tahun 1996, Ustadz Nashrulloh aktif menjadi Redaktur Bahasa Indonesia. Hingga 22 tahun sesudahnya, 2018, beliau masih saja menyempatkan hadir di Kantor Penerbitan Wardun untuk sekedar memperbaiki huruf, kalimat, dan tanda baca dalam setiap rubrik berita.  Buku-buku bahasa Indonesia yang digunakan oleh para santri kini juga merupakan hasil olahan ide dari Ustadz Nashrulloh.

Selain Wardun, Majalah Dinding Darussalam Pos dan Majalah Santri Itqan juga melangsungkan penerbitan di bawah arahan Ust Nashrulloh. Hingga usia senjanya, Ustadz Nashrulloh masih aktif mendatangi kantor-kantor penerbitan para santri untuk membimbing dan memotivasi.

Beliau juga menjadi rujukan utama dunia seni di Gontor. Para guru pembimbing Kelas 5 dan 6 selalu meminta nasihat, arahan, dan motivasi dalam urusan konsep mendasar Drama Arena dan Panggung Gembira. Maka tak ayal, jika kesehatan mendukung, beliau pasti menjadi dewan juri dalam dua pentas tersebut. Ustadz Nashrulloh juga mahir dalam mengarang lagu, salah satunya adalah lagu “Ode Untuk Pimpinan” yang dipentaskan dalam Panggung Gembira tahun 2014. Setelahnya, lagu itu seringkali ditampilkan di berbagai panggung.

Kini guru kami telah kembali kepada sang pencipta. Saatnya generasi penerus melanjutkan tongkat estafet. Meski Ust Nashrulloh telah wafat, namun beliau akan tetap hidup dalam memori kami. Tulisan dan petuah beliau akan tetap ada hingga masa tak tentu akhirnya.binhadjid

Popular Articles