Date:

Share:

Peringatan Persemar 2020. Kiai Hasan: Saya Berwasiat 2 Hal

Related Articles

GONTOR—Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) kembali menggelar peringatan Peristiwa Sembilan Belas Maret (Persemar). Acara tersebut diadakan di seluruh kampus PMDG. Untuk kampus pusat, peringatan diselenggarakan tepat pada hari Kamis pagi, 19 Maret 2020 di Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM). Acara tersebut wajib diikuti oleh seluruh santri dan guru KMI, bahkan para istri kader turut menghadiri acara tersebut.

Selain Pimpinan PMDG, beberapa guru senior yang menjadi saksi hidup kejadian Persemar juga menjadi pembicara dalam acara rutin tahunan ini, mereka adalah: K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, K.H. Syamsul Hadi Abdan, K.H. Hasan Abdullah Sahal, Al-Ustadz H. Abdullah Rofi’i, Al-Ustadz H. Syarif Abadi, K.H. Akrim Mariyat, K.H. Amal Fathullah Zarkasyi, dan Al-Ustadz H. Sutikno.

Persemar merupakan peristiwa memalukan yang terjadi di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo 53 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 19 Maret 1967, dimana beberapa santri melakukan demonstrasi kepada Bapak-bapak Kiai yang menjadi pendiri dan pengasuh Pondok Modern Gontor ketika itu. Demonstrasi tersebut didalangi oleh santri kelas 5 yang berasal dari kelas eksperimen (lulusan SMP/sederajat) dan beberapa guru praktek.

Peristiwa diawali dengan munculnya fitnah-fitnah terhadap Pondok, terutama yang ditujukan kepada Pengasuh Pondok Modern. Mulai dari protes mengenai lauk pauk, kesejahteraan guru, personal pimpinan Administrasi, hingga soal pribadi Pimpinan Pondok. Mereka berdemo dengan cara-cara yang di luar kepribadian santri yang telah belajar ilmu agama. Ada yang berteriak-teriak dengan kata-kata kotor, mencorat-coret serta merusak sarana dan prasarana, memukul-mukul bel dan piring, dan kelakuan yang tidak terpuji lainnya.

Mereka menuntut Pimpinan untuk turun dari jabatannya, lalu menggantinya dengan calon yang telah mereka siapkan. Benar-benar pemberontakan untuk mengambil alih Pimpinan Pondok Modern. Bahkan muncul ‘ide gila’, yaitu rencana untuk memaksa Pimpinan Pondok untuk menyerahkan kekuasaan dengan jalan kekerasan, kalau perlu dengan cara pembunuhan. Akibatnya, seluruh santri (kurang lebih 1500 anak) dan guru dipulangkan saat itu. Pondok diliburkan sampai waktu yang belum ditentukan, menunggu suasana stabil kembali. Demikianlah, paparan ringkas tentang peristiwa yang memalukan umat Islam tersebut.

Dalam peringatan ini, dibacakan buku/dokumentasi tentang kejadian tersebut. Selain itu, Pimpinan PMDG juga menyampaikan beberapa nasehat dan wasiat kepada generasi yang akan datang tentang nilai-nilai Pondok. “Saya berwasiat agar acara ini selalu dilaksanakan setiap tahunnya, karena ini menyangkut masa depan Pondok, dan kalau saya mati, tidak perlu ada yang mengirim karangan bunga,” tegas Kiai Hasan. #brada

Popular Articles