Date:

Share:

Pengarahan Tarbiyah Amaliyah, Pimpinan Pondok ke Kendari

Related Articles

Kendari — Setiba di Kendari, Senin (19/4) pagi, salah satu Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, KH. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. beserta rombongan disambut Pengasuh Pondok Modern Gontor 7 ‘Riyadhatul Mujahidin’, Ustadz Heru Wahyudi dan Pengasuh Pondok Modern Gontor Putri 4, Ustadz Hanif Hafidz beserta beberapa ustadz lainnya dan ibu guru senior. Demi memantau dan memberikan pengarahan pelaksanaan Tarbiyah Amaliyah, KH. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. yang didampingi Ustadz Muhammad Badrun Syahir, MA. beserta beberapa ustadz dari Pondok Modern Darussalam Gontor 1 bermukim di Kendari selama empat hari hingga Kamis (22/4).

Dari bandara, rombongan bergegas ke kampus Pondok Modern Gontor Putri 4 di Konda, Konawe Selatan. Dalam kesempatan ini Bapak Pimpinan berkenan memberikan nasehat serta arahan-arahan di depan para santriwati dan ustadzah yang didampingi oleh Bapak Pengasuh Gontor Putri 4. Beliau menekankan, kita harus selalu bersyukur kepada Allah SWT atas segala kesuksesan yang telah diraih Gontor maupun para santri atau santriwatinya. Pasalnya, hingga kini tidak ada balai pendidikan semacam ini yang selalu istiqomah membimbing, membina dan mendidik santri-santrinya selama 24 jam, bahkan kasih sayang pondok melebihi kasih orangtua. Di samping itu, beliau juga menyatakan, seseorang yang masih menjalani masa belajar harus selalu “bertahan”, bertahan dari segala hal yang bisa membuatnyatidak fokus dalam belajar. Karena kesuksesan seseorang itu bergantung kepada ketahanannya terhadap segala hal yang mengganggunya.

Tidak hanya itu, KH, Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. juga menghimbau segenap santriwati agar tidak membiasakan diri untuk izin pulang dan dijenguk orangtuanya masing-masing. “Karena santri atau santriwati yang belajar itu ibarat sebuah nasi yang lagi ditanak, apabila nasi ini selalu dilihat dan dibuka penutupnya berkali-kali maka nasi tersebut tidak akan matang dan rasanya juga tidak enak, bahkan nasi tersebut seperti sebuah telur “kopyor” atau belum matang yang tidak layak dikonsumsi manusia,” ujar beliau.

Setelah dua jam di Pondok Modern Gontor Putri 4, rombongan melanjutkan perjalanan ke Pondok Modern Gontor 7 di Pudahoa, Konawe Selatan, Senin (19/4) Malam. KH. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. telah ditunggu seluruh santri di aula untuk mendengarkan pesan dan nasehat dari beliau. Acara diawali dengan laporan dari Ustadz Heru Wahyudi selaku Pengasuh Pondok Modern Gontor 7 mengenai segala aktivitas dan hasil ulangan umum para santri. Seperti halnya di Pondok Modern Gontor Putri 4, Pimpinan  Pondok kembali mengimbau segenap santri dan guru agar selalu bersyukur dalam segala hal. Beliau juga menerangkan bahwa Trimurti pada awal lahirnya Gontor selalu berkorban harta, tenaga dan pikiran bahkan kalau perlu sampai nyawa sekalipun akan dikorbankan, “Bondo bahu pikir lek perlu sak nyawane pisan”.

Keesokan harinya, Selasa (20/4), Pimpinan Pondok bersama Ustadz Muhammad Badrun, MA berkonsentrasi pada rentetan kegiatan Amaliyah Tadris. Dalam kesempatan itu, KH. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. menyampaikan taujihat di hadapan seluruh siswa kelas 6 dan para pembimbing. Beliau menerangkan beberapa keuntungan yang bisa didapatkan seorang santri Gontor sejak menginjakkan kakinya di bumi Gontor. Selain itu, beliau juga memaparkan manfaat dan seberapa pentingnya persiapan mengajar atau i’dad bagi seorang guru. Para siswa kelas 6 juga diperkenalkan beberapa istilah dalam praktikum mengajar, darsu naqd (tahap evaluasi kritis-red) serta tata cara dan adab dalam me-naqd.

Tidak hanya itu, beliau juga menekankan bahwa persiapan dalam mengajar itu sangat penting sekali, bahkan sekaliber Buya Hamka saja menyempatkan diri untuk membuat persiapan pidato dalam acara Kongres Kebudayaan di Solo. DR. Ali Fahmi Amrusy (guru bahasa Arab dan Syaikh di Mesir) mempersiapkan apa yang harus dipidatokan kepada santri kala mendapat undangan ke Gontor. KH. Imam Zarkasyi pun mampu berorasi dengan bahasa Arab sebaik dan selancar itu dalam sebuah kongres yang diadakan di Mesir karena beliau mengajar selama 20 tahun dengan persiapan yang sangat matang sekali.

Di sela-sela pengarahan Tarbiyah Amaliyah, Pimpinan Pondok meluangkan waktu untuk mengetahui lebih keadaan masyarakat di sekitar pondok dan perkembangan pondok hingga saat ini. Dengan demikian, beliau mengetahui, ternyata pandangan negatif masyarakat atau suku setempat sejak tahun 2002 silam dengan menganggap pondok sebagai pendatang baru yang tanpa nilai dan tidak berguna sudah berubah. Sekarang mereka sudah merasakan betapa hebatnya Gontor. Mereka merasakan bahwa pondok telah membawa banyak manfaat dan ketenangan bagi penduduk sekitar. Hal ini dapat terwujud kaena ustadz-ustadz sangat sering mengadakan pengajian-pengajian dan pertemuan dengan para wali santri di Islamic Centre Kendari guna sosialisasi dan transformasi program, visi, misi dan nilai pondok. Meskipun demikian, masih terdapat segelintir orang yang tidak mau mengikuti pondok. Mereka kebanyakan berasal dari sukuTolaki yang mempunyai watak keras dan gengsi yang tinggi. Mereka seringkali merasa benar walaupun apa yang dikerjakan itu salah.

Di samping mengadakan pengajian dan pertemuan dengan wali santri, Pengasuh Pondok dan para ustadz juga kerap menemui aparat pemerintahan sekaligus membantu mereka dalam berbagai acara seperti pengajian kecamatan, kabupaten dan lain sebagainya. Sehingga, tanpa diduga Pondok Modern Gontor 7 sudah menghimpun kekuatan dari pihak pemerintahan untuk mendukung dan melindungi Gontor. Kenyataannya, semakin banyak aparat pemerintahan yang senantiasa siap setiap saat melindungi pondok.

Selanjutnya, Pimpinan Pondok memimpin proses evaluasi Tarbiyah Amaliyah sehari kemudian, Rabu (21/4). Untuk evaluasi ini, panitia telah menyiapkan 15 soal yang harus dijawab seluruh siswa kelas 6. Adapun jumlah siswa kelas 6 di Pondok Modern Gotor 7 sebanyak 30 siswa. Mereka terlihat begitu semangat dan sungguh-sungguh mengikuti pengarahan Tarbiyah Amaliyah ini. Hasil evaluasi pun dinilai berhasil dan memuaskan. Dengan ini, mereka diharapkan sudah siap melaksanakan Tarbiyah Amaliyah pada hari berikutnya.

Adapun Tarbiyah Amaliyah perdana juga diikuti Pimpinan Pondok, Kamis (22/4) pagi. Agung, salah seorang siswa kelas 6 dari Bali ditunjuk sebagai pengajar praktek pada Tarbiyah Amaliyah perdana ini. Ia mengajar pelajaran Muthola’ah di kelas 2-B dengan baik walaupun  masih terdapat beberapa kesalahan yang akan dievaluasi pada darsu naqd. Kali ini, darsu naqd langsung dipimpin KH. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. yang menjelaskan tata cara praktek mengajar sebenarnya. Dalam hal ini, beliau menekankan, segala sesuatu yang akan mau dikerjakan itu mempunyai sistematika dan cara-caranya sendiri seperti cara pemberian kosakata, penyampaian isi dan evaluasi.

Pada hari yang sama, beberapa saat setelah darsu naqd selesai, Pimpinan Pondok menyempatkan diri untuk mengunjungi tanah wakaf seluas 54,3 ha di Desa Mendikonu, Amonggedo, Konawe. Sebanyak tujuh ustadz dari Pondok Modern Gontor 7 diberi tanggung jawab untuk mengelola tanah wakaf tersebut. Mereka ditugaskan untuk membangun sekolah semacam TPA atau Islamic Centre. Pembangunan yang berjalan saat ini meliputi asrama sebanyak 10 lokal dengan luas 10 m x 7 m, kamar mandi 4 lokal (1,75 m2), rumah guru dengan luas 17, 5 m x 11 m, dan sebuah masjid dengan luas 14 m x 14 m setinggi 8 m. Meskipun masih dalam tahap pembangunan, masyarakat sekitar sangat antusias menanggapinya dan menunggu pembukaan sekolah ini. Hal ini terlihat dengan banyaknya anak-anak yang ingin belajar mengaji kepada para ustadz setelah shalat Maghrib. Bahkan, jumlah mereka terus bertambah setiap hari.


             

             






Popular Articles