Date:

Share:

Panggung Gembira 684 Tampilkan Background Inovatif

Related Articles

DARUSSALAM—Menjelang adzan Maghrib, Sabtu (14/11), background yang telah dipersiapkan untuk acara puncak Pekan Perkenalan Khutbatu-l-’Arsy (PKA), Pagelaran Seni Panggung Gembira (PG) 684 mulai berdiri dengan gagahnya di depan Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM). Ironinya, pemasangan background PG biasanya dapat diselesaikan sebelum adzan Zuhur berkumandang atau sebelum para santri keluar dari kelas, kali ini memakan waktu lebih lama. Bahkan, menjelang acara dimulai usai shalat Isya’ beberapa properti terakhir baru selesai. Hal ini disebabkan keberadaan raging depan background yang merupakan gebrakan baru PG 684. Inilah penampilan terbaik background PG tahun ini. “Background tahun ini memang besar dan sungguh rumit,” komentar Ashabul Kahfi, siswa akhir KMI 684 kepada Gontor Online, Ahad (15/11).

Pasalnya, waktu pagi hingga siang dihabiskan untuk angkat-turun background di lantai dua demi penyelarasan raging. “Paling mengharukan dalam pemasangan background bagi kami adalah saat menjelang Maghrib. Tiba-tiba saja background tambahan di sayap kanan jatuh akibat kencangnya angin. Saat itu semua langsung hening. Kami terhenyak melihat background hancur menabrak panggung bawah. Ditambah lagi teriakan asatidz pembimbing, mengecam kawan-kawan untuk segera turun dan membedahi semua background sayap kanan dan kiri. Kesedihan kami tidaklah seberapa jika dibandingkan apa yang dirasakan kawan-kawan dekorator. Bahkan, beberapa di antara mereka sampai meneteskan air mata,” ujar Aji Gema, salah satu peserta Drama Musikal PG 684 kepada Gontor Online, Ahad (15/11) pagi.

Ketika senja tiba, penutup raging dilepas atas perintah Bapak Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, K.H. Hasan Abdullah Sahal, yang juga hadir saat pemasangan background. Beliau optimis, saat acara berlangsung tidak turun hujan, di samping itu, agar ujung background tidak tertutup oleh atap raging. Adapun masalah penurunan background sayap kanan dan kiri yang merupakan andalan tersendiri bagi dekorator 684, sempat terjadi perbedaan pendapat antara asatidz pembimbing, diturunkan atau pemasangannya dilanjutkan.

“Turun, nanti kamu bisa jatuh!” teriak salah satu pembimbing melihat salah seorang bagian dekorasi yang tergoyang oleh angin di ujung background. Namun, beberapa pembimbing masih mendukung pemasangan sayap kiri dan kanan, meskipun angin bertiup cukup kencang. Kerusakan background yang jatuh pun segera diperbaiki. Beberapa siswa kelas 6 segera berlari mengambil bambu tambahan untuk penguatan rangka background yang diputuskan untuk dirampungkan. Pemasangan secara umum selesai sebelum Maghrib.

Secara garis besar, background  PG kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Lingkup yang tertutup ditambah raging adalah inovasi dekorasi yang tiada duanya. Ditambah pula dengan ornamen dan tulisan kaligrafi Arab yang selaras membentuk pemandangan tiga dimensi ala Gontor. “Background PG kali ini, menurut saya, yang terbaik sejak zaman PKI,” kata Faiz Taufiq, siswa akhir KMI 684 penuh semangat.

PG 684 Sukses dengan Penuh Inovasi

Dari sekian rentetan acara PG 684 yang mencapai 29 acara tersebut, beberapa diantaranya merupakan inovasi baru dalam dunia per-PG-an. Di antaranya terdapat Drama Musikal, Kecak Reog, Tari Sakera, Sulap dan Shadow Show. Drama Musikal merupakan inovasi baru dari Drama Tragedi. Penampilan Drama Tragedi yang tampil pada PG tahun-tahun sebelumnya memanfaatkan dubbing (suara rekaman-red). Kali ini, dengan kisah Abu Dzar Al-Ghifari, Drama Musikal dengan berbahasa Arab itu berani life tanpa dubbing.

Kemudian ada pula Kecak Reog, gabungan antara tari asal Ponorogo dan tari adat Bali. Disusul acara baru asal Madura, Sakera Dance. Selanjutnya ada penampilan Shadow Show, penggambaran gerak-gerak unik melalui bayangan tubuh. Di antaranya, bayangan tubuh-tubuh peserta yang membentuk gajah, pesawat terbang, bebek, pohon, teko, kereta api, mobil mini, anak belajar komputer dan gambar anak-anak yang kejar-kejaran bersama.

Secara keseluruhan, dewan juri memberi nilai 9,5 untuk PG 684. Namun, dengan segala kelebihan dan nilai-nilai positif serta inovasi yang diperjuangkan anak-anak kelas 6, K.H. Hasan Abdullah Sahal menyempurnakan nilainya menjadi 10.
 
“Wah, dari pertama sampai akhir, ana nggak ngantuk blass, seru deh pokoknya. Bahkan acara Wayang Orang pun tidak membosankan, malah sangat menghibur dengan gaya cerita dan bahasa ‘merakyat’,” ujar Irfan Ali, siswa kelas 4 KMI, kepada Gontor Online usai acara.

Popular Articles