Date:

Share:

KML Tingkatkan Kecerdasan Pembina

Related Articles

Upacara Pembukaan Kursus Mahir Tingkat Lanjutan (KML) di depan BPPM
Upacara Pembukaan Kursus Mahir Tingkat Lanjutan (KML) di depan BPPM

GONTOR–Dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas para pembina, Kursus Mahir Tingkat Lanjutan (KML) diselenggarakan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) sebagai wadah yang tepat untuk mendukung hal itu. Sebanyak 376 orang siswa Kelas 6 Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) mengikuti program yang diadakan setiap tahunnya ini dengan mengeluarkan biaya sebanyak Rp 300 ribu per orang.

Selain administrasi pembayaran tersebut, ijazah Kursus Mahir Tingkat Dasar (KMD) juga menjadi syarat mutlak untuk mengikuti KML. “Sebenarnya, masih banyak anak-anak Kelas 6 yang ingin ikut KML, akan tetapi melihat salah satu syaratnya adalah dengan menyerahkan ijazah KMD, maka mereka membatalkan keinginan untuk mengikuti KML,” tutur Ustadz Ramadhan Koso selaku staf Majelis Pembimbing Koordinator Harian (Mabikori) Gerakan Pramuka di PMDG.

Setelah pemberian beberapa sesi materi KML selama 2 hari di dalam pondok, kegiatan yang bermottokan “Mencetak Pembina yang Cerdas Mencerdaskan” ini dilanjutkan di bumi perkemahan (buper) Pondok Modern Darussalam Gontor 2. Pimpinan PMDG, KH. Syamsul Hadi Abdan, melepas para peserta pada Ahad (16/2) di depan Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM). Setelah itu para peserta harus menempuh perjalanan ke Gontor 2 dengan berjalan kaki.

Gontor 2 menjadi pilihan tempat untuk mengadakan program ini. Selain dekat, sarana dan prasarana yang ada cukup mendukung kebutuhan para peserta, seperti kamar mandi, lapangan perkemahan, masjid, dan fasilitas lainnya. “Beberapa tahun lalu, KML pernah diadakan di luar pondok, akan tetapi melihat situasi lapangan yang kurang mendukung, maka Pimpinan Pondok memutuskan agar diadakan di Gontor 2 saja,” ucap pria asal Kendari itu.

Program yang menelan dana kurang lebih Rp 20 juta ini melibatkan 12 orang pelatih, yang semuanya merupakan guru-guru KMI yang sudah mengikuti Kursus Pembina Dasar (KPD) dan 29 orang pelatih yang langsung dipilih oleh Kwarcab. Disamping itu, staf Mabikori juga memilih 25 orang guru pembimbing sebagai full-timer. Sebagian besar full-timer diambil dari guru angkatan tahun keenam. Mereka yang dipilih pada Kamis (13/2) sebelumnya harus meninggalkan kegiatan mengajar selama 5 hari ke depan guna mengawasi para peserta, terhitung dari pemberangkatan para peserta ke buper pada hari Ahad (16/2) sampai Kamis (20/2).

Rutinitas sehari-hari tidak lepas dari lingkup pendidikan yang ada di pondok. Setiap pagi para peserta harus melakukan senam yang dimulai pada pukul 05.30 WIB sampai pukul 06.30 WIB di depan Masjid Jami’ Gontor 2. Setelah itu disambung dengan sarapan pagi sekaligus persiapan guna menjalani sesi materi lainnya yang dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB. Sesi selanjutnya diadakan kembali setelah makan siang pada pukul 14.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB.

“Untuk sore, panitia memiliki beberapa kegiatan untuk para peserta, di antaranya pertandingan sepak bola antarblok, ataupun pertandingan futsal dan basket. Yang penting mereka tidak akan memiliki waktu kosong sedikit pun,” tutur Ustadz Ariel, salah satu full-timer KML. Setelah itu, sesi selanjutnya berlanjut setelah Isya’ hingga pukul 22.00 WIB.

Lokasi yang berdebu karena pengaruh letusan Gunung Kelud menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan program ini. Beberapa kegiatan yang seharusnya dilakukan di luar kelas harus berjalan di dalam kelas, sehingga belum kegiatannya tidak berjalan maksimal. Kendati demikian, para peserta tetap menjalankan semua kegiatan dengan senang hati seolah melupakan kejadian hujan pasir kiriman Gunung Kelud yang baru saja terjadi. toms

Popular Articles