Date:

Share:

Kisah 795 Orang Siswa Akhir KMI Menemukan ‘Identitas’ di Panggung Gembira

Related Articles

Kisah 795 orang anak yang merajut mimpi dalam pertunjukkan seni itu, kini telah usai. Suka duka yang dilalui memang begitu banyak, namun setidaknya ini semua berakhir dengan sebuah kebanggaan. Berakhir dengan sesuatu yang melebihi ekspektasi semua orang, bahkan melebihi harapan mereka sendiri. Tanpa menutup mata, dalam pertunjukan mereka, memang harus diakui banyak kekurangan di sana-sini. Namun itu justru menunjukkan bahwa anak-anak ini adalah manusia biasa yang masih saja dapat berbuat salah.

Seluruh Siswa Kelas 6 'Identity Generation' berpose bersama Pimpinan PMDG dan Dewan Guru KMI usai Panggung Gembira.
Seluruh Siswa Kelas 6 ‘Identity Generation’ berpose bersama Pimpinan PMDG dan Dewan Guru KMI usai Panggung Gembira.

Kiranya itulah gambaran Panggung Gembira Siswa Kelas 6 “Identity Generation” yang digelar pada Sabtu, 12 September 2015 lalu. Dengan mengusung tema “Gontor Mendidik Bangsa, Membangun Peradaban Dunia,” seluruh siswa Kelas 6 “Identity Generation” menampilkan hampir 47 penampilan dalam sebuah panggung yang dimulai pukul 19.30 WIB hingga 00.15 WIB.

Seluruh hadirin, tampak khidmat mengikuti jalannya acara semenjak awal hingga akhir. “Acaranya bagus-bagus, semua mengandung unsur pendidikan,” ungkap Ahmad, salah seorang Wali Santri yang turut menyaksikan Panggung Gembira, Sabtu (12/9) lalu.

Panggung Gembira kali ini mengusung 5 acara inti.  Kelima acara yang bersifat drama tersebut adalah  ‘Ketika Arjuna Bertasbih’ (Wayang), ‘Alangkah Lucunya Negeri Bento’ (Opera), ‘Guru Bangsa, HOS Cokroaminoto’ (Drama Tragedi), ‘Goku Goes to Campus’ (Masquerade), dan Surga Satu Menara (Kolaborasi Drama Panggung dan Drama Visual). Dengan persiapan yang matang, kreasi yang inovatif dan imajinatif, serta penyuguhan yang profesional, menjadikan kelima acara tersebut berhasil memukau ribuan penonton yang memadati depan BPPM.

Penyajian dari kelima acara inti tersebut juga sengaja dibuat tidak seperti biasanya. Untuk Wayang, kelas 6 tahun ini mengkolaborasikan antara Wayang Golek, Wayang Orang, dan Wayang Kulit. Adapun Opera ‘Alangkah Lucunya Negeri Bento’, menyajikan penyanyi-penyanyi andalan Kelas 6 yang dipadu dalam sebuah drama. Tiap dialog, adegan, dan perpindahan scene, diiringi dengan musik piano live. Dalam drama tragedi ‘Guru Bangsa, HOS Cokroaminoto’ menyajikan drama dengan dialog langsung dua bahasa, yakni bahasa Arab dan Inggris. Selain itu, dalam Masquerade ‘Goku Goes to Campus’, menyajikan kreasi ilusi mata yang menceritakan perjalanan Goku (tokoh dalam film serial Dragon Ball) menuntut ilmu di Pondok Gontor.

Dan yang menjadi andalan dalam Panggung Gembira kali ini adalah Sinema ‘Surga Satu Menara’. Kisah lanjutan cerita Drama Arena tahun lalu tersebut diawali dengan prolog visual yang cukup sensasional. Dilanjutkan dengan beberapa babak drama tragedi dan drama komedi, serta diselingi visual yang menarik, membuat kolaborasi sinema ini mengundang tepuk tangan dari ribuan hadirin.

Penyerahan lukisan kepada Pimpinan PMDG sebagai bentuk suvenir Panggung Gembira.
Penyerahan lukisan kepada Pimpinan PMDG sebagai bentuk suvenir Panggung Gembira.

Salah satu penampilan yang cukup menyedot perhatian para penonton adalah Musikalisasi Puisi. Puisi kali ini disuguhkan dengan iringan gamelan yang terletak tepat di tengah Panggung. Selain itu, materi yang disampaikan tepat menyindir kondisi negeri dan pemerintah yang dewasa kini tengah mengalami bermacam krisis. Ditambah dengan objek sindiran ‘Jaka’ (tokoh ilustrasi yang diciptakan sebagai orang yang sedang berjuang di negeri Indonesia ini), iringan gamelan yang gagah, serta kemampuan membaca kelima reader yang mumpuni, membuat Musikalisasi Puisi kali ini mengundang decak kagum serta tepuk tangan riuh dari penonton. Hal ini memuncak saat momen di mana salah satu reader-nya berteriak: “Berhenti! Jaka, Polemik yang ada adalah tanda, Bahwasanya Allah sedang berbicara padamu. Ikhlas, sabar, itu Islam, Jaka.”

Selain itu, Panggung Gembira kali ini menyajikan bermacam hal-hal baru. Diantaranya, penggunaan drone, pelepasan thousand ballons, penggunaan jas marhalah, menyanyikan lagu Hymne oh Pondokku, penggunaan panggung hydraulic, pengadaan ‘orang terbang’, penggunaan taman yang dapat berubah bentuk tulisan, pengadaan novel “Surga Satu Menara”, dan gebrakan-gebrakan lainnya. Dan, untuk pertama kalinya dalam sejarah penilaian Panggung Gembira, yaitu seluruh Anggota Badan Wakaf dan Ketua Lembaga Pondok Modern Darussalam diberi kesempatan untuk memberi apresiasi dan nilai untuk Panggung Gembira malam tersebut.

Usai pembacaan evaluasi dan nilai dari dewan juri, K.H. Hasan Abdullah Sahal memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh siswa Kelas 6 KMI “Identity Generation”. “Ini adalah penampilan yang spektakular. Di luar perhitungan. Saya beri nilai 10 min,” tutur beliau di sela-sela evaluasi.

Bagaimanapun adanya, 795 orang anak malam itu berhasil menunjukkan kepada dunia akan jati diri mereka, identitas mereka, yaitu ‘Identitas Gontory’.binhadjid

 

Popular Articles