Date:

Share:

Kiai Hasan: Wisuda UNIDA Gontor dan Keabadian Cita-cita Gontor

Related Articles

UNIDA – Ahad, 3/3 merupakan hari wisuda angkatan ke-32 Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor. Wisuda yang diselenggarakan di Hall Universitas Darussalam Gontor  ini mengukuhkan 73 wisudawan dan wisudawati dari program sarjana dan pascasarjana. Mereka adalah mahasiswa dan mahasiswi UNIDA Gontor yang telah menyelesaikan tugas akhirnya.

Pada resepsi wisuda ini, UNIDA Gontor mengundang Mantan Ketua KPK, M. Busyro Muqoddas, S.H., M.Hum.. Pada orasi ilmiahnya, beliau menyampaikan tentang eksistensi sebuah perguruan tinggi dimasa depan. Beliau juga berpesan kepada wisudawan dan wisudawati bahwa mereka adalah pemegang estafet berikutnya untuk melanjutkan dan mengisi kemerdekaan.

Sedangkan KH. Hasan Abdullah Sahal dalam kesempatan ini menegaskan di hadapan seluruh hadirin; para dosen, mahasiswa, wisudawan-wisudawati dan para walinya bahwa cita-cita ini harus abadi, karena memang yang diperjuangkannya pun bernilai abadi. Yang diperjuangkan oleh universitas ini adalah cita-cita yang bersumber dari nilai-nilai yang  sifatnya juga abadi. Dengan semangatnya beliau menyampaikan, bahwa nilai-nilai tersebut adalah; Pertama, ajaran Islam, dimana ia tidak akan hilang sampai hari Kiamat. Kedua, Syari’ah, dimana ia tidak akan berubah, dan akan selalu relevan dengan perputaran zaman dan tempat. Ketiga, Al-Qur’ān, yang ia dijaga oleh Allah swt., dan akan terus menjadi pedoman umat Islam. Keempat, Bahasa Arab, dimana ia merupakan bahasa kitab suci, al-Qur’ān. Tak lupa, beliau menyebut poin kelima, yaitu Pelajaran Umum, ilmu pengetahuan alam maupun sosial, dimana ia bisa terus digali dan dikembangkan dengan berbagai penelitian.

Pemaparan beliau ini sungguh bermakna. Bagaimana tidak, ia menjadi menjadi penegasan kembali akan rel dan khittah Pondok Gontor yang agung dan visioner. Nilai-nilai tadi juga bisa dipahami sebagai prasyarat utama keberlangsungan dan kemajuan pondok. Dalam arti, ia akan maju, dan akan terus hidup, jika tetap berada khittah tadi. Jika kelima poin itu berganti, atau bahkan hilang, maka pondok tidak akan ada harganya, sebab yang diperjuangkan bukan lagi hal-hal yang bersifat abadi.

Uraian beliau ini sekaligus sebagai pengingat yang lupa, penegas yang lalai, dan peneguh bagi yang sudah memahami. Seperti yang seringkali didengungkan Ustadz Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi dalam berbagai kesempatan, berbicara tentang nilai pondok itu harus “peng sewu”. Ya, seribu kali, yang bermakna harus berkali-kali.

Dengan menyadari cita-cita yang agung dari kampus ini, yang tentu dengan nilai-nilai islaminya, maka yang hendaknya wisudawan wisudawati lakukan sebagai penghuninya adalah berilmu dan beramal yang maksimal untuk kemajuan kampus ini. Ladangnya terbuka lebar, banyak hal yang bisa kerjakan.

Untuk para wisudawan-wisudawati ke-32 ini, selamat dan sukses. Selamat berjuang dimanapun tempat pengabdian berikutnya. Agar selalu mengingat jasa kampus ini, mari kita ingat selalu petikan puisi Ustadz Taufiq Affandi yang sangat menyentuh ini, “Ada satu tempat. Saat kuterbangun di pagi, aku berpikir apa yang bisa kulukis pada langitnya, apa yang bisa kutoreh pada batunya. Jika belum dapat kutorehkan kata yang  menawan, akan kutorehkan sebuah kalimat sederhana, Terima kasih Gontor”.Ahsy

Popular Articles