Date:

Share:

KH. Sutadji Tajuddin, MA Meninggal Dunia

Related Articles

“Innaa illaahi wa inna ilaihi raaji’uun….” Pondok Modern Darussalam Gontor kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya di tengah-tengah perjuangan li i’laai kalimaatillah. Jum’at pagi yang cerah, 12 Maret 2010, berubah menjadi kelabu, turut berduka cita bersama seluruh penghuni Darussalam dengan meninggalnya KH. Sutadji Tajuddin, MA di Rumah Sakit Yarsis tepat pada pukul 10.50 WIB.

Sebenarnya, sejak tahun 2003 silam kondisi beliau mulai menurun karena ditimpa penyakit gula. Akan tetapi, beliau masih aktif memberikan pengarahan-pengarahan di Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) dan di setiap acara Kemisan. Namun, mulai bulan Desember 2009 lalu beliau terkena serangan jantung yang mengakibatkan kondisi kesehatan beliau semakin menurun. Dua hari sebelum meninggal, beliau sempat mengalami gangguan pernapasan dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Meskipun demikian, kondisi beliau semakin memburuk. Akhirnya, beliau meninggal dunia setelah sempat ditangani dokter di ruang UGD.

Putra keempat dari empat bersaudara yang lahir di Gontor pada tanggal 17 Desember 1944 ini meninggalkan seorang istri, Hj. Noor Farida dan enam orang putra-putri, yaitu Silvi Tsuroya, B.Hsc, Ulfa Hanim, Shofi, Lc, Hifni Nasif, Husni Dzahabi dan Syahrozad Hunaifa.

..Keempat hal itu adalah nyingkuk, njlimet, njleput dan berhasil

Setelah menamatkan Sekolah Rakyat (1951-1956), beliau menuntut ilmu di Pondok Tegal Sari selama tiga tahun (1957-1959). Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor selama enam tahun (1961-1966). Selama di KMI, beliau mendapatkan pesan dari KH. Imam Zarkasyi, salah Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, agar selalu belajar dengan tekun. Pesan inilah yang selalu terngiang-ngiang di telinga beliau selama hidupnya. Untuk itulah, KH. Sutadji Tajuddin, MA terus belajar dengan rajin dan berhasil menyelesaikan studinya di Fakultas Ushuluddin Institut Pendidikan Darussalam (IPD) – sekarang diganti menjadi Institut Studi Islam Darussalam (ISID) – pada tahun 1968. Semangat beliau untuk menuntut ilmu tidak berhenti sampai disitu. Beliau pun berangkat ke Madinah untuk mengenyam pendidikan di Fakultas Dakwah dan Ushuluddin Universitas Islam Madinah (1968-1972). Setelah itu, beliau mendalami Ilmu Tafsir di Universitas Al-Azhar, Mesir (1973-1975). Dengan bekal inilah beliau dikenal sebagai seorang ahli Tafsir dan Mantiq.    

Sejarah mencatat, KH. Sutadji Tajuddin, MA merupakan seorang mujahid fi sabilillah, seorang pelopor  yang merintis perjalanan KMI Gontor Putri di Sambirejo, Mantingan, Ngawi. Bersama KH. Shoiman Lukmanul Hakim, beliau mengumandangkan takbir membahana sebagai tanda dibukanya KMI Gontor Putri untuk pertama kalinya pada tanggal 10 Syawwal 1410. Takbir yang mengawali langkah Pondok Modern Gontor Putri ini diikuti seluruh calon santriwati perdana yang berjumlah 500 orang ketika itu.

Sejak menjabat sebagai Direktur KMI Putri pada tahun 1990, KH. Sutadji Tajuddin, MA senantiasa berusaha menjadi uswah hasanah bagi seluruh guru dan anak didiknya. Hal ini nampak dari kebiasaan beliau selama di KMI dengan hadir lebih awal dan tidak pernah terlambat sekalipun. Dengan ini, beliau selalu berusaha membentuk guru-guru dan santriwati agar senantiasa mengamalkan nilai-nilai dan filsafat hidup Gontor. Peran beliau untuk kemajuan Gontor semakin besar setelah diangkat menjadi Anggota Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor pada tahun 1999.

Sebagai perintis Gontor Putri, beliau selalu mengisi hari-hari perjuangannya dengan membina guru-guru secara langsung karena pada awal berdirinya, sebagian besar guru-guru di Gontor Putri bukan berasal dari alumni Gontor. Pembinaan inilah yang membuat seluruh guru mengerti akan pendidikan yang ditanamkan Gontor kepada santri-santrinya. Di samping itu, bahasa tidak luput dari perhatian beliau. Untuk itu, KH. Sutadji Tajuddin, MA selalu memberikan pembinaan bahasa di masjid setiap sore. Semangat dan kerja keras yang ikhlas ini mengantarkan anak didiknya ketika itu meraih berbagai prestasi, salah satunya adalah juara I Lomba Memahami Al-Qur’an Nasional antar Pondok Pesantren.

Banyak hal yang telah dipersembahkan beliau untuk kemajuan Gontor dan anak didiknya terutama dalam membina akhlak santriwati. Untuk itulah, beliau menulis buku Etiket Putri. Di samping itu, beliaulah pencetus pelajaran Nisaiyyah yang diajarkan di Gontor Putri. Beliau juga menulis buku Panduan Imla’ dan Khot untuk seluruh santri.

Dalam setiap kesempatan, KH. Sutadji Tajuddin, MA sering mengungkapkan empat hal yang menjadi motivasi bagi seluruh guru dan anak didiknya. Keempat hal itu adalah nyingkuk, njlimet, njleput dan berhasil. Beliau berharap agar anak didiknya selalu bersungguh-sungguh dalam segala hal. Dengan itulah mereka akan meraih kesuksesan dalam hidup ini karena tidak ada satu keberhasilan pun yang diraih tanpa diawali dengan kerja keras dan kesungguhan.

Ada satu hal yang menjadi keinginan beliau ketika masih hidup, yaitu merevisi buku Amtsilah Tasrifiyah. Akan tetapi, keinginan ini tidak sempat terlaksana karena Allah SWT berkehendak lain. Selamat jalan Ustadz… semoga hasil perjuanganmu menjadi amal jariyah yang tiada putusnya di sisi Allah SWT. Amin.  

 

CURRICULUM VITAE KH. SUTADJI TAJUDDIN, MA.

Tempat dan tanggal lahir: Gontor, 17 Desember 1944

Orangtua/wali: Tusimin, putra ke empat dari 4 bersaudara

Istri     : Hj. Noor Farida

Anak   :

  1. Silvi Tsuroya, B.Hsc.
  2. Ulfa Hanim
  3. Shofi, Lc.
  4. Hifni Nasif
  5. Husni Zahabi
  6. Syahrozad Hunaifa

 

Riwayat pendidikan :

  1. Tahun 1951 – 1956 Sekolah Rakyat           
  2. Tahun 1957 – 1959  Pondok Pesantren Tegal Sari
  3. Tahun 1961 – 1966 KMI Gontor
  4. Tahun 1968 – 1972 Univ. Islam Madinah Munawwarah Fak. Ushuluddin
  5. Tahun 1973 – 1975  Univ. Al Azhar Cairo Mesir Fak. Tafsir

 

Pengalaman organisasi:

  1. Organisasi desa Gontor
  2. PPI tahun 1971 – 1977
  3. Wakil ketua IKPM
  4. Wakil Direktur KMI Putra tahun 1985 – 1990
  5. Direktur KMI Putri tahun 1990 – sekarang
  6. Anggota Badan Wakaf tahun 1999 – sekarang

 

Pengalaman keluar negri:

  1. Arab Saudi
  2. Eropa
  3. Mesir
  4. Pakistan
  5. Jepang
  6. Kuala Lumpur

Karya Tulis

  1. Majani Mustathraf fi Ilmi Sharf
  2. Mufradat Muhadatsah

 

Riwayat sakit

Pada tahun 2003 kondisi beliau menurun karena penyakit diabetes, akan tetapi tidak menghalangi untuk selalu aktif dalam pengarahan – pengarahan di KMI dan kemisan. Kemudian pada akhir bulan Desember 2009 beliau terkena serangan jantung.

Dua hari yang lalu beliau mengalami gangguan pernafasan dan langsung dibawa ke rumah sakit Yarsis Solo untuk mendapatkan perawatan intensif. Akan tetapi kondisi beliau semakin memburuk dan akhirnya meninggal dunia pada hari Jum’at, 12 Maret 2010 pukul 10.50 WIB.

     

 

 

    

Popular Articles