Date:

Share:

Diskusi Umum Siswa Akhir KMI 2018: Belajar Tanpa Lelah, Berdiskusi Lillah

Related Articles

DARUSSALAM–Untuk kesekian kalinya, Siswa Akhir KMI 2018, Inspiring Generation menggoreskan tinta sejarah mereka. Kali ini, calon-calon pejuang tangguh itu mengadakan Diskusi Umum di dalam Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM) pada Senin malam, (11/9). Acara ini diikuti oleh seluruh siswa akhir, wali kelas senior dan junior, dewan guru tim sukses, dan dewan guru pembimbing diskusi (PUSDAC). Diskusi Umum ini adalah agenda tahunan yang sengaja diadakan di PM. Gontor guna mengasah jiwa dan semangat keilmuan maupun potensi intelektualitas yang ada dalam diri santri, tujuannya adalah agar kelak ketika menjadi alumni mereka siap untuk berkiprah di bidang akademis demi mewujudkan cita-cita trimurti “menjadi ulama yang intelek, bukan sekadar intelek yang tahu agama.”

Acara berjalan baik dan mendapat antusias positif dari para peserta. Makalah yang didiskusikan dapat disajikan oleh saudara Winka Ghozi Nafi` dengan penyampaian yang jelas dan menarik, apalagi dengan slide yang apik dan mendukung. Panitia sudah bekerja selama satu minggu untuk mempersiapkan acara ini. Hasilnya, suasana diskusi menjadi lebih hidup dengan adanya pertamanan yang memukau dengan latar belakang berwarna hijau dan berornamen.

Tema diskusi kali ini adalah “Peran Ulama dalam Akulturasi Budaya Lokal dengan Budaya Islam”. Tema ini telah mendapat persetujuan Bapak Pimpinan dan arahan dari salah seorang guru senior yang ditunjuk Pimpinan, dalam hal ini al ustadz Dr. H. Kholid Muslih, M.A.

DSC_0069
Suasana Diskusi Umum Siswa Akhir KMI 2018

Dalam diskusi tersebut, disampaikan bahwa Ulama memiliki peran dan kontribusi dalam dakwah Islam di Nusantara yang saat itu mayoritas menganut agama Hindu, Budha, dan beberapa kepercayaan lokal. Ajaran Islam yang sempurna itu didakwahkan dengan cara yang santun dan damai. Agar ajaran ini mudah diterima oleh masyarakat, maka ulama memakai metode akulturasi. Dengan metode ini, agama Islam lebih mudah menyebar dan dapat diikuti oleh para penduduk. Selain itu, ada faktor-faktor lain yang menyebabkan Islam lebih mudah ditransformasikan kepada pribumi nusantara, di antaranya adalah: ritual atau doa dalam Islam lebih sederhana, cara masuk ke agama Islam cukup dengan mengikrarkan dua kalimat syahadat, dan ajaran Islam menjunjung tinggi kesamaan hak dan kewajiban serta tidak mengenal sistem kasta. Di antara akulturasi yang dilakukan oleh para ulama ada dalam aspek bangunan, seni, pakaian, penanggalan, dan lain sebagainya. Percampuran budaya lokal dengan ajaran Islam ini tidak semua dapat diterima, para ulama hanya melakukan akulturasi pada budaya lokal yang sesuai dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Adapun budaya yang tidak sesuai, maka para ulama menolaknya.

Tidak berhenti sampai di sini, diskusi pun berlanjutnya dengan pemaparan pembanding. Pada kesempatan ini, pembanding menyampaikan makalahnya dengan judul, “Pengaruh Budaya Barat terhadap Budaya Indonesia.” Intinya, kita sebagai generasi muda harus wajib berhati-hati terhadap serangan budaya Barat dan harus berjuang mempertahankan budaya Indonesia yang pondasinya telah dibangun oleh Ulama pendahulu kita.

Di akhir sesi, moderator memberikan kesempatan para peserta untuk bertanya. Dengan lancar, pemakalah maupun pembanding dapat menjawab pertanyaan yang diajukan dan diskusi pun berakhir dengan penyerahan kenang-kenangan. ikami86

Popular Articles