Date:

Share:

Berjuanglah! Meskipun Nyawa Yang Menjadi Taruhannya  

Related Articles

“Bondo, Bahu, Pikir, lek Perlu Sak Nyawane Pisan” K.H. Ahmad Sahal.

Hingga saat ini, saudara umat muslim yang berada di tanah Palestina masih mendapatkan tindakan penindasan yang dilakukan oleh para pasukan Israel. Meskipun di tengah-tengah masa pandemi, aksi penjajahan tersebut tidak berhenti. Begitu pula aksi perlawanan dari rakyat Palestina sendiri. Walaupun mereka ditindas, diganggu keimanan mereka dan digoyahkan keyakinan mereka, namun mereka pantang menyerah dan tetap teguh dengan keislaman mereka. Mereka rela mempertaruhkan apapun, bahkan bila harus mengorbankan nyawa sekalipun.

Hal itu senada dengan apa yang diajarkan oleh para trimurti, tentang semangat berjuang bahkan bila harus berbayar nyawa.

Demi meraih kesuksesan yang besar, dibutuhkan pengorbanan yang besar pula. Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor rela berjuang mengorbankan apapun yang mereka miliki demi kemajuan bangsa dan negara. Tenaga yang mereka kerahkan tak kenal lelah dan menyerah. Inilah bukti kecintaan mereka terhadap negara Indonesia. Pagi sampai malam meninggalkan kenikmatan atau kesenangan dunia demi mendidik para santri yang mereka harapkan kelak akan menjadi pemimpin di masa depan.

Tak hanya tenaga, pikiran pun juga mereka keluarkan. Tak pernah berhenti memikirkan kemajuan bangsanya, pendidikan santrinya, dan perkembangan pondoknya. Letih dan lelah selalu datang kepada raga dan pikiran mereka tapi, itu tak membuat mereka berhenti. Istirahat menurut mereka adalah pergantian pekerjaan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. inilah sifat kemuliaan seorang pendidik hakiki, yang rela mengorbankan apapun. Meskipun semua harta yang dimiliki telah habis untuk memberi jatah makan para santri, mereka akan selalu mementingkan santrinya daripada diri sendiri.

Suatu hari ketika pondok sedang mengalami krisis ekonomi, bu Nyai rela mengorbankan perhiasan yang ia miliki untuk membeli makanan yang nantinya akan diberikan kepada santri. Keikhlasan inilah yang menghantarkan Gontor hingga saat ini tak tergoda akan kenikmatan dan kekayaan, demi mengharap Ridho Allah SWT.

Jika tenaga yang dikeluarkan dan pikiran yang diberikan oleh para Trimurti masih tak cukup untuk pondok ini, mereka rela mengorbankan nyawa mereka asalkan pondok yang mereka bangun tetap bertahan hingga hari akhir, tetap mempertahankan syariat Islam. Ini menggambarkan bentuk kebesaran hati seorang pendidik, bagaikan seorang bapak yang rela mengorbankan apapun untuk kesuksesan anaknya. Derasnya hujan yang membasahi dan teriknya matahari yang membakar kulit akan tetap ia tempuh. Walau jalanan terjal menghampiri, sang bapak akan tetap berjuang membahagiakan anaknya bahkan bila harus bermandikan darah.

Seperti dikutip dalam buku berjudul “Senarai Kearifan Gontory” oleh Al-Ustadz Ahmad Suharto “Dalam perjuangan harus siap berkorban baik berupa harta, tenaga, fikiran bahkan kalau perlu nyawa. Inilah totalitas dalam berjuang, perjuangan tanpa pengorbanan adalah kebohongan.”

Maka alangkah hina dan rendah jika pengorbanan besar yang telah diberikan oleh Trimurti kepada kita, hanya kita balas dengan malas-malasan dan tidak serius dalam belajar. Tidak mensyukuri karunia yang telah Allah berikan kepada mereka, hingga akhirnya kita dapat menikmati keindahan dalam menuntut ilmu, kemudahan dalam beribadah dan kebahagiaan memiliki teman banyak di dalam pondok. Ketika seorang anak yang diberikan sebuah hadiah dari bapaknya kemudian anak itu menolak hadiah tersebut dengan alasan yang tak mengenakkan, bagaikan sebuah pedang yang menyayat hati bapak itu karena sang anak tak tahu bagaimana perjuangan bapaknya demi mendapatkan hadiah itu.

Kita sebagai santri harus meneruskan perjuangan yang telah dilakukan oleh Trimurti. Menjaga pondok ini dari semua hal yang tidak disukai oleh orang lain. Menjaga panji keislaman yang sudah lama berkibar, bukan malah menjadi generasi penikmat apalagi penghancur, naudzubillah. Tapi harus menjadi generasi yang terdepan dalam mengestafetkan nilai-nilai perjuangan.DinulCahya

 

Related articles:

Zakat Seorang Guru Kepada Santrinya

Kekuatan Doa dan Mujahadah Trimurti Pendiri Pondok Modern Gontor

Keikhlasan Trimurti Dalam Mengajar

Telusuri Silsilah Trimurti, Gontor Menapaktilasi Sejarah Nenek Moyang ke Keraton Kasepuhan Cirebon

Popular Articles