Date:

Share:

50 Tahun PERSEMAR : Gontor Harus Terus Hidup dan Tegak dengan Nilai-nilainya

Related Articles

GONTOR-Hari-hari ini Pondok Modern Darussalam Gontor sedang khidmat memperingati peristiwa 19 Maret 1967 yang dikenal dengan istilah PERSEMAR. Seluruh kampus dalam Jawa dan luar Jawa mengadakan acara peringatan sesuai waktu yang telah ditentukan oleh Bapak Pimpinan. Tepat pada tanggal 19 Maret 2017, perkumpulan untuk memperingati peristiwa tersebut digelar di PMDG Kampus Pusat Ponorogo. Seluruh guru dan santri PMDG Kampus Pusat dan Kampus 2 berkumpul di Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM) untuk mendengarkan wejangan dari Bapak Pimpinan, sekaligus menyimak kembali peristiwa kelam itu. Kegiatan belajar mengajar di KMI pagi itu ditiadakan.

PERSEMAR merupakan peristiwa memalukan yang terjadi di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo 50 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 19 Maret 1967, dimana beberapa santri melakukan demonstrasi kepada Bapak-bapak Kyai yang menjadi pendiri dan pengasuh Pondok Modern Gontor ketika itu. Demonstrasi tersebut didalangi oleh santri kelas 5 yang berasal dari kelas eksperimen (lulusan SMP/sederajat) dan beberapa guru praktek. Peristiwa diawali dengan munculnya fitnah-fitnah terhadap Pondok, terutama yang ditujukan kepada Pengasuh Pondok Modern. Mulai dari protes mengenai lauk pauk, kesejahteraan guru, personal pimpinan Administrasi, hingga soal pribadi Pimpinan Pondok. Mereka berdemo dengan cara-cara yang di luar kepribadian santri yang telah belajar ilmu agama. Ada yang berteriak-teriak dengan kata-kata kotor, mencorat-coret serta merusak sarana dan prasarana, memukul-mukul bel dan piring, dan kelakuan yang tidak terpuji lainnya. Mereka menuntut Pimpinan untuk turun dari jabatannya, lalu menggantinya dengan calon yang telah mereka siapkan. Benar-benar pemberontakan untuk mengambil alih Pimpinan Pondok Modern. Bahkan muncul ‘ide gila’, yaitu rencana untuk memaksa Pimpinan Pondok untuk menyerahkan kekuasaan dengan jalan kekerasan, kalau perlu dengan cara pembunuhan. Akibatnya, seluruh santri (kurang lebih 1500 anak) dan guru dipulangkan saat itu. Pondok diliburkan sampai waktu yang belum ditentukan, menunggu suasana stabil kembali. Demikianlah, paparan ringkas tentang peristiwa yang memalukan umat islam tersebut.

Setelah diadakannya peringatan di PMDG Kampus Pusat, Pimpinan Pondok mengutus beberapa guru senior yang menjadi saksi hidup peristiwa bersejarah itu untuk mengisi acara peringatan PERSEMAR di Kampus-kampus cabang dalam dan luar Jawa. Berikut adalah para asatidz yang bertugas :

  1. Al Ustadz Drs. K.H. Akrim Mariyat, Dipl.A.Ed. (Kampus 6 Magelang, Kampus 14 Siak, Kampus Putri 3 Ngawi, dan Kampus Putri 7 Riau)
  2. Al Ustadz Abdullah Rofi’i (Kampus 9 Lampung, Kampus 10 Aceh, dan Kampus Putri 5 Kediri)
  3. Al Ustadz Syarif Abadi (Kampus 11 Padang dan Kampus 12 Jambi)
  4. Al Ustadz Prof. Dr. K.H. Amal Fathullah Zarkasyi (PMDG Kampus 3 Kediri)

Selain itu, Pimpinan Pondok Modern Gontor, K.H. Hasan Abdullah Sahal dan K.H. Syamsul Hadi Abdan juga mengisi di beberapa kampus baik dalam dan luar Jawa. Kyai Hasan mengisi di PMDG Kampus 7 Kendari, Kampus Putri 1 & 2 Ngawi, dan Kampus Putri 4 Kendari. Sedangkan Kyai Syamsul berangkat ke PMDG Kampus 5 Banyuwangi, Kampus 13 Poso, dan Kampus Putri 6 Poso.

Alhamdulillah, acara peringatan PERSEMAR tahun ini dapat diselenggarakan dengan baik dan lancar. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan, adalah supaya generasi penerus bisa belajar dari kejadian itu dan tidak mengulanginya. Semoga dengan diadakannya peringatan semacam ini, bisa menyadarkan seluruh keluarga besar Pondok Modern Darussalam Gontor agar selalu waspada terhadap pengaruh-pengaruh buruk dari pihak luar, sehingga Gontor bisa tetap tegak dengan nilai-nilainya, terus mendidik dan mencetak kader-kader pemimpin umat, demi kejayaan Islam. Seperti yang Kyai Hasan pesankan, “Gontor harus terus hidup dan tegak dengan nilai-nilainya.”Brada89

 

 

Popular Articles