Date:

Share:

Menag RI: Gontor Mencapai Usia 90 Tahun Berkat Kedisiplinan, Keikhlasan, dan Keberkahan

Related Articles

Sujud Syukur 90 Tahun Gontor bersama Wakil Presiden Republik Indonesia - YouTube.MP4_005046323GONTOR–Pada acara Sujud Syukur dan Pembukaan Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor bersama Wakil Presiden RI, Sabtu (20/8) lalu, Menteri Agama (Menag) RI, Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin, mendapat kehormatan dari tuan rumah untuk memberikan sambutan di Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM). Sebagai alumnus Gontor angkatan tahun 1983, Bapak Menag RI mewakili seluruh alumni Gontor memberikan ucapan selamat dan ungkapan kesyukuran atas pencapaian 90 tahun Gontor yang luar biasa.

Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Wapres RI, yang bersedia hadir sebagai simbol negara, yang merupakan wujud dukungan pemerintah kepada almamater tercintanya.

“Kehadiran Bapak Wapres RI di sini merupakan simbol hadirnya negara di tengah-tengah kita Keluarga Besar Pondok Modern Darussalam Gontor, sebagai dukungan konkret sekaligus apresiasi dan rasa terima kasih terhadap Gontor yang kontribusinya bagi negara luar biasa,” ujar Bapak Menag RI mengawali sambutannya.

“Sebuah hadits menyatakan bahwa ada dua kelompok di tengah-tengah masyarakat. Jika keduanya baik, maka baik pula masyarakatnya. Jika keduanya atau salah satunya rusak, maka rusak pula masyarakatnya. Kedua kelompok itu adalah ulama dan umara’ atau pemimpin. Karena itu, kehadiran Bapak Wapres yang mewakili umara’ menjadi kebahagiaan luar biasa bagi Keluarga Besar Pondok Modern Darussalam Gontor.”

“Saya bersyukur karena usia 90 tahun bukanlah usia yang pendek bagi sebuah lembaga pendidikan pesantren. Tasyakkur 90 tahun ini haruslah kita isi dengan muhasabah atau evaluasi terhadap perjalanan 90 tahun pondok ini. Muhasabah itu isinya hanya dua, yaitu melihat kelebihan yang kita miliki untuk kita jaga dan kita kembangkan, serta mengetahui kekurangan kita dengan harapan semua kekurangan itu bisa diperbaiki di kemudian hari.”

“Apa keunggulan Gontor dibanding pesantren lain? Setidaknya ada tiga hal yang menjadi ciri khas Gontor, yang tidak dimiliki pesantren lain. Pertama, kedisiplinan. Ini benar-benar ciri khas Gontor karena tidak kita dapati di pondok-pondok lain.”

“Kenapa kedisiplinan merupakan kekhasan Gontor? Karena, kedisiplinan tidak termasuk unsur-unsur yang diambil dari keempat sintesanya: Al-Azhar, Syanggit, Aligarh, dan Santiniketan. Kedisiplinan ini asli dari para pendiri. Mereka menemukan hal ini untuk diterapkan di Gontor. Jadi, saya menduga atau meyakini, ini murni atau ide orisinal para pendiri Gontor.”

“Jadi, para pendiri menemukan sesuatu yang perlu diterapkan dan ditekankan karena sadar sekali dengan realitas keindonesiaan kita, dengan realitas para santri yang pada hakikatnya sangat beragam. Jadi, santri yang datang ke pondok ini tidak hanya dari Jawa, tapi juga dari Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, Papua, bahkan dari luar negeri, dengan latar belakang, budaya, tradisi, kebiasaan, dan etnis yang tentu sangat beragam.”

“Keragaman inilah yang harus disikapi dengan bijak dan arif. Di sinilah saya melihat betapa arifnya para pendiri menyikapi keragaman tersebut. Keragaman itu disikapi sedemikian rupa, hingga perlu ada kesamaan cara pandang dalam hidup bersama di Gontor ini. Dibuatlah aturan atau disiplin untuk menyamakan cara pandang mereka.”

“Selama 24 jam, dari hari ke hari, semua santri yang beragam ini hidup bersama, sehingga mereka belajar memaknai keragaman ini dalam kehidupan bersama. Saya mendapatkan dua hal penting dalam kehidupan bersama santri-santri yang beragam itu. Pertama, hidup dengan kemandirian, yang artinya setiap santri harus bisa mengurus dirinya sendiri. Kedua, memiliki kepekaan terhadap kondisi orang lain, yaitu temannya yang lain sesama santri.”

“Jadi, setiap santri dididik agar hidup bersama. Supaya ini bisa dijalani dengan baik, maka ia harus mandiri terhadap dirinya sendiri dan peduli terhadap sesamanya. Di sinilah nilai-nilai kepemimpinan ditekankan. Di Gontor, ada dua hal dasar dalam kepemimpinan, yaitu kemampuan dan kemauan untuk dipimpin, serta kemauan dan kemampuan untuk memimpin.”

“Pak Zar selalu mengatakan, mau dipimpin dan bisa memimpin. Ketika santri mau dipimpin, sesungguhnya dia belajar banyak hal dari yang memimpinnya. Hal yang dia senangi dari pemimpin itu akan menjadi contoh untuk diteladani ketika dia jadi pemimpin nantinya.”

“Itulah salah satu bentuk kedisiplinan di Gontor, yang sangat khas menjadi ciri Gontor.”

Kedua, keunggulan Gontor yang menjadi ciri khasnya adalah keikhlasan. Keikhlasan ini merupakan hal mendasar yang ditunjukkan para pendiri, yang menular kepada semua santri dan guru-guru. Di Gontor itu ada kaidah begini, metodologi lebih penting daripada materi, namun guru lebih penting daripada metodologi, akan tetapi, jiwa yang dimiliki seorang guru (ruhul mudarris) itu lebih penting dari guru itu sendiri.”

“Karena, Gontor itu sebenarnya mencetak para pendidik atau guru karena itulah sekolah di sini dinamakan Kulliyatu-l-Mu‘allimin Al-Islamiyah (KMI). Bapak K.H. Imam Zarkasyi selalu mengatakan bahwa santri Gontor itu bisa menjadi apa saja. Namun, yang jelas, apapun profesinya, dia tetap seorang pendidik atau guru, dan berjiwa guru. Jiwa guru atau ruhul mudarris itulah yang mendasari keikhlasan.”

“Terakhir, kekhasan Gontor adalah keberkahan. Saya senantiasa ingat, bahwa K.H. Hasan Abdullah Sahal selalu mengatakan berkah itu bisa didapat karena adanya harakah atau gerakan. Berkah itu mutlak dari Allah, namun berkah bisa kita ikhtiarkan melalui harakah atau gerakan karena semua aktivitas di Gontor berorientasi kepada kemaslahatan sesama. Karena itulah di Gontor sering disampaikan, di dalam setiap gerakan itu ada berkah.”

“Karena itulah, hampir semua mata pelajaran di Gontor selalu diisi dengan hal-hal yang memotivasi dan menginspirasi santri-santri, serta dapat menanamkan rasa percaya diri di dalam diri mereka. Pada akhirnya, mereka semua sangat terpacu untuk berkreasi dan berinovasi, melakukan aktivitas beragam. Dari aktivitas yang beragam itulah muncul gerakan-gerakan yang mendatangkan keberkahan.”

“Demikianlah tiga hal yang setidaknya menjadi kekhasan Gontor,” tutur Bapak Lukman Hakim memberi kesimpulan di akhir sambutannya. shah wa

Popular Articles