Date:

Share:

Kang Abik: Membaca, Menulis dan Ubah Peradaban Dunia!

Related Articles

Habiburrahman el-Shirazy atau yang lebih akrab disapa Kang Abik menyempatkan bertandang ke Gontor Putri 1 untuk mengisi seminar motivasi menjadi penulis best seller. Acara ini merupakan salah satu rentetan acara yang diadakan oleh Bagian Diskusi Ilmiah dan Penerbitan dalam rangka meningkatkan kualitas menulis para santriwati. Seminar yang diadakan pada Senin (23/1) lalu diselenggarakan secara intensif dimulai pada siang hingga sore hari. Dengan peserta berjumlah sekitar 900 orang yang terdiri dari santriwati dan dewan guru, acara ini sukses membakar semangat membaca, menulis dan prihatin pada peradaban serta kemajuan.

Wakil Pengasuh Gontor Putri 1, Ustadz Ahmad Suharto mengutip beberapa ayat mengenai membaca dan menulis dalam sambutannya. Beliau menyatakan bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan. Maka ambillah spi dan spirit dari seminar ini, bukan hanya sekedar abunya.

Penulis novel fenomenal Ayat-Ayat Cinta ini memulai seminar dengan membeberkan benang merah antara sebuah tulisan dan peristiwa-peristiwa hebat sepanjang sejarah. Coretan proklamasi Bung Karno yang menyatakan kemerdekaan Indonesia, surat Nabi Sulaiman kepada Ratu Balqis di Saba’ yang pada akhirnya mengubah bangsa tersebut untuk tunduk kepada Allah, serta semua kejadian dan peristiwa di dunia yang sudah tertulis di lauhil mahfudz.

“Kita mengenal peradaban kuno dan bangsa yang educated adalah bangsa yang lebih dulu mengenal tulisan. Seperti Mesopotamia dan Mesir Kuno,” terangnya.

Alumni Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar ini juga mengatakan keprihatinannya pada tingkat membaca masyarakat Indonesia yang rendah. Ia pun menceritakan bahwa negara maju bisa dilihat dari seberapa besar penduduknya membaca. Di Indiana University, katanya, bahkan perpustakaannya dalam musim apapun selama itu musim aktif, maka akan buka 24 jam. Bahkan di musim dingin. “Persaingan peradaban ini akan menjadi lebih berat… berat sekali,” lirihnya.

Kang Abik kemudian mengutip kata Imam Ghazali, “Khudzi al-fikrah qabla an ta’khudzaka al-fikrah. Ambillah (ciptakanlah) sebuah ide atau inisiatif dan sampaikan ide tersebut. kalau tidak, anda akan dipaksa untuk mengkonsumsi dan memakai ide orang lain.”

Imam Suyuti, jelasnya, memberikan perhatian khusus kepada seorang penulis. Mengenai hukum menulis yang bisa menjadi fardhu ‘ain dan fardhu kifayah, manfaat menulis, maupun pantangan bagi seorang penulis. Terlebih plagiat hukumnya dalam Islam seperti hukum sariqoh. Maka bagi para penulis harus bisa menjaga adab-adab tersebut.

“Modal menjadi penulis best-seller adalah niat yang kuat. Berikanlah definisi yang menyenangkan mengenai apa itu menulis.” Ia mencontohkan, bahwa menulis itu bukan hanya merangkai kata-kata saja, tapi bisa dengan makna aku memberangkatkan orang tua dan aku sendiri umrah. Menulis adalah kuliah S1 dan S2 dengan biaya sendiri. Bapak tiga anak ini juga menceritakan bahwa awal ia menulis adalah kepepet karena tidak ada dana lagi untuk kuliah. Maka ia menulis. “Menghasilkan uang dan menambah ilmu.”

Harapan terbesar Habiburrahman untuk seluruh peserta adalah meningkatkan kualitas membaca dan memulai menulis. “Terus belajar dan jangan khawatir kalau belum tahu teorinya. Yang penting, MENULIS!” (dee)

Popular Articles