Date:

Share:

Emha Ainun Nadjib: Gontor Akan Menjadi Kiblat Sejati Peradaban Masa Depan

Related Articles

Ta'dib Cak Nun dan Kyai Kanjeng - Peringatan 90 Tahun Gontor.mp4_003117549GONTOR–Pada Rabu (31/8) malam, suara musik tradisional gamelan terdengar menggema di bawah atmosfer langit Pondok Modern Darussalam Gontor. Malam itu, kemeriahan Peringatan 90 Tahun Gontor terus berlanjut. Kali ini, salah satu “putra” terbaiknya, Emha Ainun Nadjib, yang telah melanglang buana ke berbagai belahan dunia bersama Kiai Kanjeng, grup musik andalannya dalam berdakwah, datang ke Gontor menghibur para santri, guru-guru, dan masyarakat.

Budayawan kelahiran Jombang yang akrab dipanggil Cak Nun itu tidak lupa mengajak sang kakak untuk hadir di pondok tercinta, yaitu Ustadz Ahmad Fuad Effendy alias Cak Fuad, alumnus Gontor angkatan tahun 1965. Mereka berdua memiliki kesan mendalam dan kenangan indah selama belajar di bawah asuhan dan bimbingan Trimurti Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor.

Kedatangan Cak Nun bersama Kiai Kanjeng disambut dengan sukacita oleh Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, terutama K.H. Hasan Abdullah Sahal, yang dikenal begitu akrab dengan Cak Nun dan Cak Fuad sejak semasa santri hingga sekarang. Ustadz Hasan memuji talenta yang dimiliki Cak Nun dalam berkhidmat untuk umat. Pada malam hari itu, beliau memintanya untuk memberikan “hidangan” terbaik untuk dinikmati adik-adik kelasnya, santri-santri Pondok Modern Darussalam Gontor.

“Kakak-kakakmu, terutama Ustadz Emha Ainun Nadjib, dengan talenta yang dimilikinya, telah memberikan banyak hal untuk umat. Pada malam hari ini, beliau hadir bersama kita untuk turut mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada kita, dengan menyuguhkan “hidangan” berupa hiburan,” kata Ustadz Hasan saat memberikan sambutan sebelum Cak Nun dan Kiai Kanjeng tampil.

“Mari kita menikmati “hidangan” ini sebagai wujud syukur pada Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor yang kita cintai. Kita harus menikmati kesyukuran ini. Kalau kita nikmati senang hati, Allah akan menambah nikmat-Nya. Sebaliknya, kalau kita tidak senang dengan nikmat Allah, kita justru akan mendapat azab,” ujar beliau kepada santri-santri dan ribuan masyarakat yang memadati Lapangan Hijau Pondok Modern Darussalam Gontor malam itu.

Bagi Cak Nun, Gontor merupakan rumah sekaligus kampung halaman kedua baginya. Ia menyampaikan rasa bahagianya atas pencapaian Gontor hingga memasuki usianya yang ke-90 tahun.

“Saya mengucapkan kebahagiaan kepada kampung dan rumah kedua saya ini, Pondok Modern Gontor. Pondok ini benar-benar dibutuhkan untuk menjadi pemantul cahaya Allah bagi seluruh umat Islam dan Republik Indonesia. Kita semua berharap Gontor benar-benar mampu menjawab tantangan umat Islam dan tantangan yang menimpa bangsa Indonesia saat ini,” tutur Cak Nun menjelang penampilan Kiai Kanjeng.

“Saya masih ingat, K.H. Imam Zarkasyi sering mengatakan bahwa tugas kita adalah menjadi perekat umat. Ketahuilah, kita ini seperti hidup di zaman sebelum Rasulullah. Yaitu, bersuku-suku dan bermusuhan satu sama lain, seperti halnya di Papua. Suku-sukunya berjumlah ratusan, dan tidak mungkin ada kepemimpinan lahir di masyarakat Papua karena adanya keegoisan dalam diri masing-masing. Begitu juga dengan kita umat Islam. Jika terus bersikap saling egois, tidak mungkin kita mempunyai satu pimpinan yang diharapkan.”

“Ya… Allah, jadikanlah rumah dan kampung halaman keduaku ini, Pondok Modern Darussalam Gontor, sebagai utusan-Mu, duta-Mu yang Engkau pandu menjadi satu sistem budaya, satu sistem ilmu, satu sistem sosial, dan satu sistem ideologi, yang tidak berpihak ke timur maupun ke barat, sehingga terpadu di satu titik, menjadi kiblat sejati bagi peradaban yang akan datang,” ucap Cak Nun menyempatkan diri berdoa untuk pondoknya.

Kemudian ia mengajak khalayak yang tengah menantikan penampilannya untuk ridha kepada Allah, sehingga Allah pun meridhai. Ia mengungkap bahwa musik yang mereka aransemen adalah musik yang persisinya menuju ridha Allah. Itulah hiburan sejatinya menurutnya.

“Andaikan tidak ada musik, lagu, atau puisi, maka sesungguhnya hiburan sejati itu bisa apa saja, asalkan membuatmu lebih mendekat kepada Allah. Itulah hiburan sejati. Maka, senikmat apapun hiburan dunia, tapi jika itu tidak membuatmu dekat kepada Allah, itu sama sekali bukan hiburan, tapi bumerang bagi kita semua. Jadi, semua yang kita lakukan malam hari ini harus diregulasi bahwa tidak ada apapun, tidak ada bunyi, atau kata yang terdengar dan terlihat kecuali yang membuat kita berada di dalam konstruksi raadhiyatan mardhiyyah.”

Pertunjukan Kiai Kanjeng pada malam itu diawali dengan penampilan para santri peserta Pelatihan dan Workshop bersama Cak Nun dan Kiai Kanjeng sehari sebelumnya. Walaupun hanya berlatih sehari, mereka mampu tampil dengan baik membawakan sebuah lagu shalawat.

Kemudian mereka berkolaborasi dengan Kiai Kanjeng membawakan lagu “Hymne Oh Pondokku”. Menariknya, lagu ini mereka nyanyikan dalam 10 genre musik, antara lain terbangan, keroncong, langgam, rebana, gendang Jawa, reggae, pop, rock, akapela, dan swing. Cak Fuad juga tampil membawakan Syair Abu Nawas khas Gontor diiringi gamelan Kiai Kanjeng. Acara pun makin menarik dengan rentetan lagu-lagu aransemen khas Kiai Kanjeng.

Di tengah-tengah acara, putra bungsu K.H. Hasan Abdullah Sahal, Hamas Arfeddin Khosyatullah, berkesempatan tampil membawakan puisi untuk ayahnya, berjudul “Puisi untuk Kiai”. Kemudian Cak Nun juga meminta seorang anggota Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor yang sangat dikenalnya, yaitu K.H. Dawam Saleh, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ishlah Lamongan, untuk membacakan sebuah puisi karya Pak Dawam sendiri.

Acara pada malam hari itu berlangsung selama empat jam lebih, namun sangat menarik dan mendidik. Dalam penampilannya, Cak Nun berinteraksi aktif dengan para penonton melalui sejumlah pertanyaan yang ia lontarkan untuk mereka jawab. Ada juga yang diminta menyanyikan lagu Islami kesukaan. Untuk ini, Cak Nun telah mempersiapkan 30 buah peci khas Kiai Kanjeng sebagai hadiah bagi mereka yang terlibat aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. shah wa

 

Popular Articles