Date:

Share:

Di Momen 90 Tahun Gontor, Temu Alumni PTD-IPD-ISID Terselenggara untuk Canangkan Realisasi Universitas Islam Kelas Dunia

Related Articles

14088500_1170498446354544_1254644143518015691_nGONTOR–Pada momentum Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor digelar pula acara reuni alumni Perguruan Tinggi Darussalam (PTD), Institut Pendidikan Darussalam (IPD), dan Institut Studi Islam Darussalam (ISID). Ketiga lembaga tersebut merupakan cikal bakal Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor yang saat ini baru berusia sekitar dua tahun lebih, sejak diresmikan pada tahun 2014 lalu.

Acara Temu Alumni PTD, IPD, dan ISID ini diselenggarakan di Kampus Pusat UNIDA Gontor selama dua hari, Sabtu–Ahad, 20–21 Agustus 2016 lalu.

Reuni ini dilengkapi dengan seminar bertemakan “Toward World Class University” yang diisi para profesor dan doktor alumni Gontor sekaligus alumni PTD, IPD, atau ISID. Mereka adalah Prof. Dr. Amin Abdullah, Prof. Dr. Aflatun Muchtar, Prof. Dr. Azhar Arsyad, dan Prof. Dr. Habib Chirzin.

Pertemuan alumni tiga bentuk perguruan tinggi yang dilahirkan Gontor sebelum menjadi universitas tersebut berlangsung begitu hangat. Masing-masing berbagi cerita dan pengalaman, baik selama menjadi mahasiswa maupun saat berkiprah di berbagai lini kehidupan masyarakat. Mereka pun merapatkan barisan untuk mendukung Gontor memajukan universitas yang saat ini telah berjalan, hingga UNIDA Gontor benar-benar menjadi universitas yang dicita-citakan Trimurti, yaitu universitas Islam kelas dunia yang bermutu dan berarti.

Adanya tiga bentuk perguruan tinggi yang dikelola Pondok Modern Darussalam Gontor, sebelum berubah menjadi universitas, memiliki ceritanya sendiri. Begini riwayatnya, sesuai dengan amanat dalam ikrar wakaf tahun 1958, para pendiri Pondok Modern Gontor (Trimurti) dengan dibantu Badan Wakaf pada tahun 1963 mulai merintis terwujudnya universitas Islam yang bermutu dan berarti, dengan mendirikan PTD.

Perguruan Tinggi Darussalam didirikan pada tanggal 17 November 1963, bertepatan dengan 1 Rajab 1383, yaitu lima tahun setelah disampaikannya amanat pemberi wakaf. Pembukaannya secara resmi dilaksanakan 10 hari kemudian, tanggal 27 November 1963/10 Rajab 1383.

Sebenarnya, pembicaraan untuk langkah persiapan ke arah pembukaan PTD telah dimulai empat setengah bulan sebelumnya. Adapun langkah konkretnya dimulai pada tanggal 1 Juli 1963 dengan dibentuknya Sekretariat Persiapan Panitia Pendirian Perguruan Tinggi Darussalam. Anggota panitia itu terdiri dari dua guru senior Pondok Modern Gontor, yaitu Ustadz Shoiman dan Ustadz Abdullah Mahmud, Drs. Aly Saifullah (putra K.H. Ahmad Sahal, alumni Universitas Gajah Mada), Drs. M. Zainy (menantu K.H. Ahmad Sahal, alumni Universitas Airlangga), dan Chozin Siroj (alumni Universitas Al-Azhar Kairo).

Dari kerja panitia ini terselenggara musyawarah para sarjana alumni yang berlangsung pada tanggal 1–5 Agustus 1963. Musyawarah para sarjana ini berhasil menyusun pola PTD. Ikut hadir dalam penyusunan pola tersebut Dr. K.H. Idham Chalid dan Ustadz Aly Aly Cheider El-Khennany (Missi Al-Azhar di Pondok Modern Gontor) serta para pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor.

Sesuai dengan struktur yang ada di Pondok Modern Gontor, maka hasil musyawarah sarjana IKPM tersebut diserahkan kepada Badan Wakaf untuk dimintakan persetujuannya. Dalam sidangnya pada tanggal 24–25 Agustus 1963 yang dipimpin oleh Ustadz Aly Murtadho, Badan Wakaf menyetujui hasil Musyawarah Persiapan Pendirian Perguruan Tinggi Darussalam oleh sarjana alumni tersebut, sekaligus menyetujui rencana pendirian Yayasan Perguruan Tinggi Darussalam (YPTD). Persetujuan Badan Wakaf itu adalah isyarat bagi panitia dan yayasan untuk melaksanakan langkah-langkah lebih lanjut.

Acara ikrar pembukaan Perguruan Tinggi Darussalam secara resmi dilaksanakan di aula pondok pada tanggal 27 November 1963 (10 Rajab 1383), dihadiri oleh beberapa pejabat pemerintah seperti Residen Madiun, Komandan Korem 81, dan Bupati Ponorogo (R. Dasoeki). Piagam Pembukaan Perguruan Tinggi Darussalam ditandatangani oleh K.H. Ahmad Sahal.

Pejabat Rektor dan Ketua Senat yang ditetapkan memimpin Perguruan Tinggi ini adalah K.H. Imam Zarkasyi, sedangkan Ketua Dewan Kuratornya adalah K.H. Zainuddin Fannani. Ketua Yayasan Perguruan Tinggi dalam kepengurusan pertama ini terpilih Drs. Aly Saifullah.

Perkuliahan di PTD berjalan lancar. Beberapa mata kuliahnya menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar. Di antaranya adalah Ilmu Tauhid dan Ilmu Tafsir yang diasuh oleh Ustadz Aly Aly Cheider Al-Khenany, dosen dari Mesir. Karena saat itu seluruh mahasiswanya berasal dari tamatan KMI, maka mahasiswa tidak mengalami kesulitan.

Setelah berjalan tiga tahun, pada tahun 1966, Pemerintah RI (Departemen Agama) dengan Surat Keputusan Menteri Agama RI No. 53.1966, tertanggal 24 Agustus 1966, telah memberikan penghargaan berupa Persamaan Ijazah Sarjana Muda Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Tarbiyah Perguruan Tinggi Darussalam, disetarakan dengan keluaran Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Bersamaan dengan itu, nama PTD berubah menjadi IPD. Pada tahun 1966 itu pula IPD meluluskan Sarjana Muda (BA)-nya yang pertama dengan skripsi berbahasa Arab atau Inggris.

Dalam perkembangan selanjutnya, pengakuan terhadap IPD datang dari Darul Ulum Cairo tahun 1980, dari University of the Punjab Lahore, Pakistan, tahun 1984, dan dari International Islamic University Islamabad Pakistan tahun 1989. Di Al-Azhar Cairo Sarjana Muda IPD diterima pada tingkat III program Lisanciate.

Dengan input mahasiswa dari alumni KMI Pondok Modern Gontor, IPD terus berjalan menapakkan kakinya. Kuantitas mahasiswanya termasuk sangat kecil dibandingkan dengan perguruan tinggi swasta lainnya, tetapi kualitasnya dapat dilihat dari peran para alumninya di masyarakat. Alumni-alumni IPD tersebar ke seluruh pelosok Tanah Air dan berjuang di masyarakat dalam berbagai profesi. Tidak sedikit dari mereka yang melanjutkan studi ke luar negeri atau ke IAIN, kemudian menjadi dosen di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Bahkan, ada pula yang menjadi pimpinan pesantren atau pimpinan organisasi sosial.

Pada tahun 1990, IPD menambah satu fakultas lagi, yakni Fakultas Syariah, dengan jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum. Pada tahun yang sama, berdasarkan keputusan pemerintah, IPD menyelenggarakan jenjang pendidikan S1, dengan gelar akademik Sarjana Agama. Maka, mahasiswa yang belum sempat atau yang telah menempuh gelar Sarjana Muda mengikuti program ini. Pada tahun 1991, bersamaan dengan diadakannya Peringatan Delapan Windu, IPD menyelenggarakan Wisuda Perdana Sarjana S1, sebanyak 25 orang.

Nama IPD, kemudian berubah menjadi Institut Studi Islam Darussalam (ISID) pada tahun 1996, melalui Keputusan Menteri Agama RI Nomor 174 Tahun 1996 tentang Perubahan Nama Institut Pendidikan Darussalam menjadi Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Pondok Modern Gontor Ponorogo. Pada tahun itu juga mulai dibangun kampus baru di Siman yang memungkinkan ISID untuk mengembangkan lembaganya dengan lebih maksimal.

Kini, ISID sudah berubah menjadi Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor sejak tahun 2014 silam. Perubahan ISID menjadi UNIDA Gontor berdasarkan Surat Keputusan tertanggal 17 Juli 2014 bernomor: 197/E/O/2014 tentang Izin Pendirian Universitas Darussalam Gontor dengan 10 Program Studi baru. Surat ini langsung diberikan secara resmi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI waktu itu, yaitu Prof. Dr. H. Mohammad Nuh, diserahkan kepada Yayasan Perguruan Tinggi Darussalam di kantor beliau.

Acara Temu Alumni PTD, IPD, dan ISID ini diharapkan bisa memotivasi para mahasiswa UNIDA Gontor untuk berprestasi sebagaimana prestasi para pendahulu mereka, bahkan bisa lebih baik lagi. Sehingga, UNIDA Gontor benar-benar terbukti menjadi universitas Islam yang bermutu dan berarti sesuai cita-cita Trimurti. shah wa

Popular Articles