Date:

Share:

UNIK

Related Articles

"Pesantren adalah blue print dari ide, cita-cita, nilai, pikiran pendirinya, kareni itu ia unik"
“Pesantren adalah blue print dari ide, cita-cita, nilai, pikiran pendirinya, karena itu ia unik”

Unik; dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti; tersendiri dalam bentuk dan jenisnya; lain daripada yang lain; tidak ada persamaan dengan yang lain. Keunikan; menjadi bermakna kekhususan. Kita memang tidak sedang akan membicarakan unik in its meaning, tetapi berkaitan dengan unik sebagai ciri umum yang dimiliki pesantren. Setiap pesantren adalah unik, ia memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh pesantren yang lainnya, sehingga membanding-badingkan pesantren yang satu dengan yang lainnya, menjadi kurang layak untuk dilakukan.

Definisi pesantren – ala Gontor – adalah lembaga pendidikan Islam dimana kyai sebagai central figur, masjid sebagai pusat kegiatan dan asrama sebagai tempat tinggal santri. Kyai sebagai central figur berarti kyai menjadi pusat nilai pesantren tersebut, menjadi teladan yang dicontoh. Dari cara pandang kehidupan kyai tersebut, santri-santrinya kelak memandang kehidupan. Dari gaya hidupnya; para santri kelak menjalani hidupnya. Dari pandangan, cita-cita, dan harapannya seperti itulah pandangan, cita-cita, dan harapan santri-santrinya. Karena setiap pesantren memiliki kyai yang berbeda, juga memiliki sejarah kelahiran dan keberadaan yang tidak sama, maka pastilah setiap pesantren itu unik dan tidak sama atau bisa disama-samakan dengan pesantren yang lainnya.

Seringkali saat kyai dalam sebuah pesantren wafat, maka pesantren tersebut kemudian juga turut mati, sebab jiwa dan nilai yang ada dalam diri kyai juga turut mati bersama meninggalnya sang kyai. Hal demikian juga di alami Gontor pada periode Gontor lama, setelah keturunan kyai yang ke tiga meninggal dunia; Gontor lama hilang. Pengalaman sejarah itu membuat Trimurti K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainudin Fanani, K.H. Imam Zarkasy (pendiri Gontor baru) berfikir bagaimana menjaga agar Gontor tetap ada sepeninggal mereka kelak. Mereka berazam untuk menciptakan pesantren yang mampu untuk terus ada sepanjang kehidupan ada. Maka jawaban dari harapan itu adalah; bahwa ia harus memiliki kader yang bisa mewarisi dan melanjutkan ide dan cita-cita mereka. Membuat kader yang mampu menjaga dan turus menumbuhkan nilai-nilai kehidupan yang dimiliki oleh pendirinya lalu mentransformasikan hal tersebut kepada santri-santri yang datang pada tahun-tahun di depan. Begitulah seterusnya rotasi transformasi berlangsung berulang-ulang sepanjang jaman, tidak masalah gambar dan rupa manusia-nya berubah dan berbeda-beda, namun ide, cita-cita, nilai dan pikiran tetap yang semula.

Cita-cita untuk abadi; harapan untuk ada sepanjang usia kehidupan; menjadikan para pendiri meletakan dasar nilai, jiwa, atau ruh untuk keberlangsungan kehidupan Gontor itu di masa yang akan datang. Untuk tujuan itu, maka ruh dan jiwa itu haruslah sesuatu yang universal, abadi dan shalih untuk beragam jaman. Dan jiwa yang semacam itu pastilah bukan yang beraroma madiyah, material, sebab pasti yang demikian tidak mampu bertahan dalam gigitan jaman. Trimurti akhirnya merumuskan lima jiwa yang harus ada dan harus terus dijaga sepanjang kehidupan ada; jiwa keihlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa mandiri, jiwa ukhuwah islamiyah, dan jiwa kebebasan. Dengan kelima jiwa tersebut; Gontor menjelma menjadi medan perjuangan; tempat manusia-manusia menaburkan jasa bagi kehidupan; ladang tempat mengetam pahala. Menjadi pasar dimana penghuninya menjual amal shalih dan Allah membelinya dengan surga.

Karena itulah Gontor unik. Maka jika kita membaca Gontor dengan frame konsep pendidikan yang telah ada di benak kita – sebab kita adalah Doktor pendidikan misalnya – lalu menyimpulkan jenis macam apa pendidikan yang ada di Gontor; dapat dipastikan bahwa kesimpulan kita tentang Gontor tidak tepat. Apalagi kemudian ikut-ikutan mengatur dan menentukan yang seharusnya dan yang sebaiknya; maka sekali lagi hal tersebut pastilah terjadi karena kebodohan dan kesombongan kita. Gontor akan tetap seperti ia pada mulanya, baik anda suka atau tidak. Sebab pesantren adalah blue print dari ide, cita-cita dan pikiran pendirinya, karena itulah ia unik. Hanya dengan menyerap ide, cita-cita, pikiran para pendirinyalah; kita akan bisa – mungkin – tepat membaca dan memahami Gontor.

Begitulah Gontor dengan keunikannya; terbuka untuk disukai namun berlapang dada untuk dibenci; sebab kerelaan dan kebencian manusia bukan hal terpenting yang menjadi tujuannya. “qul hadzihi sabiili  ad’u ilallah…” seperti itulah kebulatan tekad yang tertanam mati di jantung setiap pelaksana pendidikan di Gontor yang dahulu, sekarang atau siapapun kelak pemegang estafet kepemimpinannya di masa depan, akan tetap sama seperti itu! yang suka mari bersama, yang tidak suka; carilah jalan yang engkau rela! Wallahu a’lamu bishawab. (hasibamrullah)

Popular Articles