Date:

Share:

THALABUL ILM

Related Articles

ilmu“Lan  yablughul mar’u muntaha arabihi, Illa bi ilmin yajidu fi thalabihi”, tidak akan sampai engkau pada apapun yang kau impikan, kecuali dengan ilmu yang kau dapat dari usaha yang sungguh-sungguh! Keilmuan adalah tanah yang menumbuhkan Gontor sehingga mampu bertahan melewati berbagai jaman. Dari jaman penjajahan, orde lama, orde baru, reformasi, kabinet Indonesia bersatu, sampai berganti-gantinya Presiden. Telah berulang kali berganti menteri pendidikan Indonesia, bersama bergonta-gantinya buku ajar yang digunakan di sekolah-sekolahnya. Gontor tidak bergeming, tetap dengan dirinya seperti pada mulanya ia ada. Dengan kurikulum yang sama dan dengan buku ajar yang serupa, tidak berubah! Ia tidak tergoda untuk melepas baju lamanya. Tidak terperanjat dengan gemerlap warna-warna baru yang menggodanya untuk beralih mencoba mengenakannya. Ia tetap kokoh dengan perjuangan semula. Sebagai tempat persemaian bagi tumbuhnya jiwa guru dalam diri anak-anak muda yang tekun menimba ilmu di sana.

Kenapa Guru? Rasanya apa yang dikatakan K.H. Hasan Abdullah Sahal cukup mewakili jawaban dari pertanyaan tersebut; “pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menjadi pendidik, pendidik yang baik adalah yang mampu memimpin dengan baik! Tidak setiap pemimpin adalah pendidik sebaliknya setiap pendidik adalah pemimpin!” kalau diteruskan pertanyaannya; kenapa pemimpin yang baik? Maka jawaban Rasulullah Muhammad SAW adalah jawaban tak terbantahkan bagi kita pengikutnya; “kulukum ra’in wa kullukum mas’ulun ‘an ra’iyatihi” setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas apa yang dipimpin-nya.

“Setiap kita adalah pemimpin” meskipun belum tentu setiap kita adalah pemimpin yang baik yang mengerti bagaimana ia seharusnya mempertanggung jawabkan kepemimpinannya. Pertanggung jawaban itu adalah keniscayaan, sebab manusia adalah ‘hayawanun mas’ul’ – makhluk yang harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya dihadapan Allah. Untuk menjadi baik, manusia itu harus melewati latihan demi latihan, melampaui rintangan. Sebagaimana kita mengerti; bahwa manusia dilahirkan dalam kondisi seperti kertas putih (yuladu ‘ala fitrah) orang tualah yang menjadikan hijau, merah, kuningnya anak. Jadi; baik, adalah hasil pembentukan dan proses perjalanan melewati ujian demi ujian.

Demi yang demikian itu, untuk mengembalikan manusia kepada asal mula ia diciptakan untuk apa, maka tujuan pendidikan Gontor terumuskan dalam satu statement indah “isholul mar’u ila ma khuliqa li’azlih” membawa manusia kepada untuk apa ia diciptakkan. Bahwa manusia ditakdirkan ada untuk; pertama; ibadah (ya’budullah), kedua; Khalifah (pemimpin dunia). Kedua tujuan itu tidak akan tercapai kecuali manusia itu mengerti dengan baik bagaimana beribadah dan bagaimana memimpin. Dan untuk mengerti, maka Ilmu adalah satu-satunya jawaban.

Karena itu; thalabul ilm menjadi hal terpenting pertama yang harus diniatkan seorang santri ketika ia menghendaki untuk belajar di Gontor. Oleh sebab itu, ia harus menggeser segala hal yang bukan untuk tujuan mencari ilmu. Misalnya; untuk tujuan mencari sertifikat, ijazah. Berharap dengan itu ia medapatkan pekerjaan lalu mendapat kedudukan di masyarakat dan lain sebagainya. Intinya; apa saja yang tidak untuk tujuan mencari ilmu harus disingkirkan dari pikiran mereka yang hendak belajar di Gontor. Jika tidak, ia akan kecewa kemudian mengajak orang lain untuk kecewa dan akhirnya ia mengecewakan!

Karena setiap santri harus berazzam bahwa keberadaannya di Gontor demi untuk mendapatkan ilmu. Maka cara memperoleh ilmu itu juga harus baik dan benar. Ilmu yang diperoleh adalah benar-benar dari usaha dirinya sendiri. Karena itulah, maka sistem yang ada; melarang keras terjadinya usaha-usaha yang berorentasi hasil dengan menggunakan segala cara. Di Gontor, proses lebih dipentingkan dari hasil. Dalam setiap proses yang tekun dilewati oleh santri itulah pendidikan Gontor membentuk kepribadianya. Wallahu a’lamu bishawab. (hasibamrullah)

Popular Articles