Date:

Share:

“Terima Kasih Ayah, Kami Bangga Menjadi Bagian dari Sejarah ini” (Bag. 1)

Related Articles

Tanpa terasa Peringatan 90 Tahun Gontor telah berlalu. Suka duka kami lewati dengan kebersamaan. Kami merasa sangat bangga telah menjadi bagian dari Peringatan ini, kami sungguh bahagia menjadi bagian dari sejarah ini. Sejarah Peringatan 90 Pondok Modern Darussalam Gontor. Peringatan kesepuluh yang digelar oleh Pondok tercinta kami.

Rasanya sebulan ini adalah sebulan yang sungguh berarti bagi kami. Dari kulitnya saja kami tampak sering meninggalkan ruang kelas untuk berbagai kegiatan di sana sini. Sebagai santri, kami sangat disibukkan dengan kegiatan Peringatan 90 tahun, khususnya dengan kedatangan tiga tamu maha penting ke Pondok kami.

Berawal dari Grand Syeikh Al-Azhar, Ahmad Thayyib. Awalnya, kami tak tahu banyak tentang apa dan siapa beliau. Perlahan kami menelaah, ternyata beliau adalah Pemimpin tertinggi Universitas Al-Azhar, sebuah lembaga pendidikan yang kami idam-idamkan sejak dulu, sekaligus menjadi sintesa Pondok kami. Beberapa hari kami disibukkan dengan persiapan penyambutannya, hingga kami juga meninggalkan ruang kelas. Namun, betapa hari itu kami mendapat pelajaran berharga. Pelajaran bagaimana merajakan tamu. Pelajaran penting, bahwa Pondok kami, teramat profesional dan terlatih dalam menyambut tamu sehebat apapun.

Pun juga saat kedatangan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla. Lagi-lagi kami disibukkan dengan banyak persiapan. Termasuk gladi yang digelar berkali-kali. Sekilasnya saja persiapan tersebut adalah bagian dari prosedur Pondok menerima tamu negara. Namun sejatinya, Pondok sedang mendidik kita. Pondok sedang mengajari kita bagaimana ikromu adh-dhuyuf (menerima tamu). Satu pelajaran penting yang juga diajarkan oleh Rasulullah SAW. Kami melihat betapa banyaknya tentara dan polisi yang berlalu lalang di sekitaran Pondok. Kendaraan-kendaraan mewah dari protokoler istana, provinsi, dan daerah, serta kendaraan militer dari mobil tentara hingga Panser ‘Anoa’, juga dikerahkan mengamankan Pondok kami. Kami sungguh bangga melihat betapa besar perhatian Negara terhadap Pondok kami. Meski hanya sehari dua hari, namun kami sangat bangga dengan Pondok ini. Kami semakin cinta dan rindu terhadap Pondok ini.

Dalam bulan Peringatan ini digelar, kami sangat disibukkan dengan banyaknya kegiatan Divisi Santri. Sebagian dari kami mengikuti acara Pekan Olahraga dan Seni, Olimpiade Sains, Gontor Music Festival, Cerdas cermat, dan Haflah Tilawah al-Qur’an. Selama hari-hari itu, kegiatan belajar mengajar di kelas kami sedikit terganggu. Hingga kelas-kelas kami digabung, agar tenaga pengajar menjadi efektif dan efisien.

Ditambah lagi dengan latihan Darussalam All Star Show (DASS), ruang kelas kami menjadi semakin kosong tiap paginya. Hanya setengah atau bahkan seperempat kelas yang hadir. Namun di situ baru kami sadari, bahwa ini semua ada pelajaran yang tak dapat kami lihat dari kulitnya. Apa yang kami lakukan, apa yang dilombakan, apa yang dipentaskan, hingga persiapan untuk menuju hari H, adalah pendidikan mahal dari Pondok untuk kami. Jadi meski kami sering absen di kelas, namun kami tak pernah ketinggalan ‘pelajaran’.

Popular Articles