Date:

Share:

Gontor dan Olahraga

Related Articles

Pertandingan Sepakbola dalam Ajang Gontor Olympiad
Pertandingan Sepakbola dalam Ajang Gontor Olympiad

“Kesehatan itu ibarat mahkota yang ada di atas kepala orang-orang yang sehat. Tak ada seorang pun yang bisa melihatnya kecuali orang-orang yang sakit”. Ungkapan yang berasal dari pepatah Arab ini seringkali terdengar di telinga santri Gontor dalam bahasa Arab-nya, terutama sebelum mendoakan santri atau guru yang sakit setelah shalat Maghrib berjamaah di masjid. Intinya, kesehatan sangatlah penting. Nikmatnya begitu besar dan kadang melenakan, sehingga orang-orang lupa menjaga kesehatan mereka dan baru menyadarinya saat jatuh sakit.

Selain itu, santri Gontor juga mengenal ungkapan latin ini, “mens sana in corpore sano”. Artinya, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Ungkapan ini diperkenalkan seorang pujangga Romawi bernama Decimus Junius Juvenalis dalam “Satire X” miliknya, sekitar abad kedua Masehi. Kemudian peribahasa latin tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, “a healthy mind in a healthy body”. Sedangkan dalam bahasa Arab dikenal dengan ungkapan “al-‘aqlu al-salīm fī al-jismi al-salīm”.

Ungkapan tersebut sering digunakan untuk mengaitkan olahraga dengan kesehatan, baik kesehatan jasmani maupun kesehatan jiwa atau rohani. Kita perlu berolahraga untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan kuat. Bila tubuh kita sehat dan kuat, maka jiwa kita pun akan sehat dan pikiran pun akan jernih. Hidup kita juga akan lebih bermanfaat. Sebaliknya, jika kita sakit, maka pikiran akan terganggu, bekerja tidak maksimal, manfaat hidup pun berkurang.

Karena itulah Gontor sangat memperhatikan olahraga bagi santri-santrinya. Ada ungkapan khusus yang dimiliki Gontor untuk menggambarkan tujuan dan pentingnya olahraga, “al-riyāḍatu lī tahdzībi al-nufūs lā li jam‘i al-kuūs”. Olahraga itu bertujuan untuk menempa diri atau jiwa, bukan untuk mengumpulkan banyaknya piala. Demikianlah kata-kata itu sering disampaikan dalam berbagai momen pertandingan olahraga di Pondok Modern Darussalam Gontor.

Selain untuk menjaga kesehatan, olahraga di Gontor juga telah menjadi sarana pendidikan. Melalui aneka ragam pertandingan olahraga, seperti Gontor Cup, Comas Cup, Gontor Olympiad, Dema Cup, Muharram Cup, dan pertandingan-pertandingan olahraga lainnya, santri-santri dan guru-guru dididik untuk bersikap sportif dan berjiwa besar. Mereka dilatih bukan hanya untuk menjadi juara, tapi juga dilatih untuk siap menerima kekalahan dan mengakui keunggulan lawan. Inilah mental juara sebenarnya yang ditanamkan dalam diri setiap santri.

Di Gontor, olahraga juga berguna membina kebersamaan antara santri-santri atau guru-guru. Dalam dua kali seminggu, santri-santri memiliki olahraga rutin berupa lari pagi bersama, yaitu pada hari Selasa dan Jum‘at. Suasana pagi sebelum mereka memulai lari per kamar atau per asrama selalu berlangsung meriah. Masing-masing asrama berkumpul ceria di tempat-tempat yang telah ditentukan dan menyanyikan bermacam-macam lagu dengan riang gembira. Pagi itu, kebersamaan mereka sungguh membuat ramai suasana pondok. Bahkan, saat berlari pagi melalui jalanan desa dan daerah persawahan pun mereka terus berdendang sambil membuat irama tepuk tangan.

Hampir setiap cabang olahraga ada di Gontor. Santri yang sebelum masuk pondok telah menggemari sepakbola tidak perlu khawatir kehilangan keahliannya mengolah si kulit bundar. Olahraga populer satu ini bisa ia temukan di Gontor. Selain sepakbola, santri bisa mengikuti cabang olahraga lainnya seperti sepak takraw, bola voli, bola basket, bulutangkis, futsal, dan tenis meja. Setiap cabang olahraga tersebut memiliki lapangannya masing-masing di dalam kampus Pondok Modern Darussalam Gontor.

Ia juga bisa mengikuti olahraga cabang senam bersama Persatuan Senam Darussalam (Persada). Di dalam Persada, santri-santri tidak hanya mempelajari senam, tapi mereka juga berlatih akrobat dalam berbagai macam gaya. Jadi, tidak mengherankan jika ada santri yang pandai melakukan salto akrobatik dalam sebuah pertunjukan. Mereka memang telah terlatih dengan baik secara rutin dan terbimbing. Olahraga sejenis binaraga juga ada di Gontor, di bawah Darussalam Body-Building Gymnasium (DBBG). Bersama DBBG, santri-santri berlatih di ruang fitness khusus, lengkap dengan segala peralatannya. Kadangkala, mereka juga berlatih di alam terbuka. Olahraga beladiri sejenis pencak silat juga tersedia di Gontor. Setiap santri bisa mengikuti Persatuan Beladiri Darussalam (Perbeda) jika ia mau memiliki kemampuan beladiri. Ketiga jenis olahraga ini sering berkolaborasi menampilkan berbagai atraksi memukau pada acara-acara tertentu. Karena itulah, penampilan mereka selalu ditunggu-tunggu dalam setiap perhelatan.

Beberapa cabang olahraga favorit santri seperti sepakbola, futsal, dan bola basket terbagi menjadi beberapa klub. Masing-masing klub memiliki metode latihan khusus untuk meningkatkan kemampuan tim mereka, terutama menjelang musim kompetisi seperti Comas Cup dan Gontor Cup atau Gontor Olympiad. Namun, Gontor mendidik mereka untuk bersaing secara sehat dan menjaga sportivitas olahraga. Sehingga, olahraga yang terbangun di pondok ini berjalan sesuai dengan nilai-nilai pendidikan yang tertanam dalam diri segenap santri.

Dalam melakukan segala hal di Gontor, santri-santri terdidik untuk bersikap profesional termasuk dalam bidang olahraga. Meskipun, olahraga bukanlah profesi mereka. Mereka tetaplah santri yang memiliki kewajiban utama menuntut ilmu, kewajiban yang tak boleh dinomorduakan. Namun, Gontor mendidik santri-santri untuk terampil di segala bidang. Mereka dibina dan diarahkan dengan sungguh-sungguh untuk menyalurkan bakat yang dimiliki, sesuai dengan minat masing-masing, tanpa mengganggu waktu belajar.

Oleh karena itu, mereka tidak asal berlatih dan tidak berolahraga asal-asalan. Dalam setiap cabang olahraga, mereka berlatih dengan metode latihan yang benar, tidak main-main. Berbagai peraturan dan disiplin tiap-tiap cabang olahraga dikenalkan serta dipatuhi dalam setiap pertandingan. Bahkan, untuk menjadi wasit saja, Gontor mendatangkan pelatih khusus bagi santri-santri dan guru-guru. Mereka dilatih menjadi wasit oleh seorang wasit profesional dari setiap cabang olahraga agar sportivitas pertandingan terjaga dengan baik. Sehingga, setiap keputusan wasit bisa diterima oleh semua pihak, baik bagi yang bertanding maupun bagi mereka yang menjadi suporter. Di samping itu, Gontor tidak perlu meminta bantuan wasit dari luar jika menggelar pertandingan karena santri-santrinya telah mampu menjadi wasit.

Agar tidak mengganggu waktu belajar, setiap cabang olahraga memiliki jadwal khusus latihan. Biasanya, santri-santri berlatih pada pagi hari atau setiap sore. Kebanyakan latihan khusus itu digelar pada hari Jum‘at, baik pagi maupun sore, karena Jum‘at merupakan hari libur mingguan dari aktivitas belajar mengajar di kelas. Jadi, waktu berolahraga di hari ini tersedia lebih panjang. Dengan latihan yang benar dan sungguh-sungguh, bisa jadi keahlian mereka tidak kalah dari atlet-atlet nasional, bahkan bisa saja melebihi kemampuan Messi atau Ronaldo di bidang sepakbola atau mengungguli Michael Jordan atau Kobe Bryant di bidang basket. Yang pasti, Gontor berupaya mencetak setiap santrinya menjadi mukmin yang kuat, tidak hanya kuat iman, ilmu, dan amalnya, tapi juga kuat hati, akal dan pikirannya, serta sehat jasmani dan rohaninya.*elk

Popular Articles