Date:

Share:

Terima Kasih Ayah, Kami Bangga Menjadi Bagian dari Sejarah ini (Bag. 2-selesai)

Related Articles

Usai rentetan perlombaan tadi, belum usai juga seluruh tugas kami. Masih ada latihan DASS, Workshop Marching Band, dan Jambore. Karena Jambore digelar di Gontor Kampus 2, tak banyak pengalaman yang kami rasakan di dalamnya, terkecuali para pesertanya. Adapun yang paling berkesan bagi kami adalah latihan DASS. Jikalau Drama Arena hanya untuk kelas 5, Panggung Gembira hanya untuk para santri selain kelas 5, maka DASS, diperuntukkan bagi semua santri dan guru, muda maupun tua. Hampir seribu orang diizinkan meninggalkan beberapa jam pelajaran demi menggelar latihan. Dan hasilnya cukup manis, kami berhasil menampilkan sesuatu yang belum pernah khalayak ramai tonton. Kami sungguh bahagia. Sekali lagi, terima kasih Ayah.

Selesai seluruh rentetan kegiatan Santri, rasanya Pondok sudah beranjak normal kembali. Saat itu kami mendengar bahwa Presiden belum pasti datang. Meski pada akhirnya, dua hari sebelum hari H, kami kembali dikumpulkan untuk menggelar gladi penyambutan. Berarti, Pak Presiden, Pak Joko Widodo, pasti datang. Seluruh rentetan prosedur protokoler dan pengamanan kembali digelar.

Namun untuk yang ketiga kali ini, kami tak terlalu asing dengan cara penyambutan ini. Kami sudah tahu, kami sudah berpengalaman. Tak perlu diajari, rasanya kami sudah siap dengan proses penyambutan rumit ini. Mulai dari penyebaran pagar betis, pengadaan Paskibra dan Marching Band, penempatan santri, memasuki metal detector, pasukan militer yang berdiri sebagai ‘tirai’ di depan kami, hingga penertiban bangku dan meja, kami sudah hafal semuanya.

Hingga akhirnya, puncak kegiatan itu datang juga. Tepatnya tanggal 19 September 2016. Hari bersejarah bagi kami. Hari maha penting bagi kami. Presiden ke-7, Pak Joko Widodo hadir tepat di tengah-tengah kami. Ini seperti mimpi. Orang yang selama ini hanya hadir di televisi, kini benar-benar nyata di depan mata kami. Rasa bangga dan haru menyelimuti kami. Tak hanya Presiden, menteri-menteri, pejabat-pejabat penting, hingga petinggi militer yang selama ini kami melihat di televisi, kini berada tepat di depan kami.

Entah kami duduk di kelas berapa pun, sebagai santri, kami sangat bangga menjadi bagian dari Peringatan ini. Kami bangga menjadi bagian dari Pondok ini. Kami sungguh bangga menjadi santri Pondok ini. Terlebih saat Presiden mengatakan, “Terima kasih karena di Indonesia, ada Pondok Modern Darussalam Gontor.” Tangis kami tumpah ruah, terharu dengan apresiasi orang nomor satu di negeri kami terhadap Pondok.

Hingga suatu saat nanti, akan kami ceritakan kisah ini kepada generasi-generasi selanjutnya. Saat kami menjadi guru nanti, kami akan berkisah kepada para santri. “Nak, dulu Ustadz masih merasakan Peringatan 90 tahun. Saat itu kami……,” cerita kami sulit untuk disembunyikan dan ditutupi di depan para santri.

Sekali lagi. Terima kasih Ayah, kami bangga menjadi bagian dari sejarah ini. Ayah kami, Pondok Modern Darussalam Gontor.Binhadjid

Popular Articles