Date:

Share:

Peringati Persemar 1967, Gontor Menuai Hikmah dari Sejarah

Related Articles

Peringatan Persemar, Mengambil Hikmah dari Sejarah
K.H. Hasan Abdullah Sahal menyampaikan pesan dan nasihat pada Peringatan Persemar 1967 di BPPM.

DARUSSALAM – Rabu (19/3) pagi, seluruh warga Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) memperingati Peristiwa Sembilan Belas Maret (Persemar) 1967 di Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM). Kejadian bersejarah yang amat memilukan tersebut dialami Gontor menjelang perayaan Idul Adha, yaitu bertepatan dengan tanggal 7 Dzulhijjah 1386. Peristiwa yang pada akhirnya menjadi titik tolak kemajuan PMDG ini berawal dari upaya pihak-pihak tertentu di kalangan guru-guru dan santri-santri senior untuk mengubah status, posisi, dan orientasi pondok dari rel-rel yang telah ditetapkan Trimurti semenjak berdirinya.

Dengan alasan yang diada-ada dan tidak masuk akal, mereka mengadakan kekacauan di dalam pondok dan mengaku tidak puas terhadap segala kebijakan Pimpinan Pondok yang saat itu masih dipegang Trimurti, yaitu K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainuddin Fananie, dan K.H. Imam Zarkasyi, hingga menebar fitnah dan berusaha mengambil alih kepemimpinan pondok dari Trimurti. Makar terkutuk yang dihiasi ide gila untuk membunuh Trimurti ini memuncak pada tanggal 19 Maret 1967. Kejadian pahit yang sangat memukul umat Islam ini berujung pada pemulangan seluruh santri, yang saat itu jumlahnya mencapai 1.500 orang dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Setelah diliburkan selama tiga bulan lebih, hanya sepertiganya yang dipanggil kembali oleh Trimurti setelah dinyatakan bersih dan tidak terlibat pada peristiwa tersebut.

Menyadari betapa pentingnya memperingati Persemar 1967, agar kejadian yang menyayat hati ini tidak terulang untuk kedua kalinya, maka mulai tahun lalu acara ini diadakan kembali secara resmi pada setiap tanggal 19 Maret, setelah hampir 20 tahun tidak pernah diperingati  lagi. Sebabnya, setelah Peringatan Persemar 1967 yang terakhir sebelum diperingati kembali, tanggal 19 Maret jatuh bertepatan dengan liburan panjang akhir tahun. Di samping itu, diperingatinya kembali Persemar 1967 dalam dua tahun terakhir ini menjadi lebih penting lagi karena orang-orang yang pernah menjadi saksi mata dan mengalami langsung Persemar 1967 tinggal segelintir, sudah bisa dihitung dengan jari. Penjelasan dan keterangan lengkap mengenai Persemar 1967 dari orang-orang yang kini menjadi guru-guru senior di Gontor tersebut sangat dibutuhkan oleh segenap guru dan santri yang akan meneruskan perjuangan Trimurti di masa mendatang.

Selain Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. dan K.H. Hasan Abdullah Sahal bersama H. Tarwichi yang sudah menjadi guru Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) pada saat terjadinya Persemar 1967, saksi mata lainnya yang mengalami peristiwa tersebut hanya tersisa beberapa orang dari guru-guru senior, termasuk K.H. Syamsul Hadi Abdan yang saat itu duduk di Kelas 5 KMI. Guru senior lainnya yang saat ini masih bisa menceritakan kejadian Persemar 1967 dengan sangat jelas adalah Drs. K.H. Akrim Mariyat, Dipl.A.Ed. Pada saat terjadinya Persemar 1967, Ketua Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Pusat ini tercatat sebagai siswa Kelas 6 KMI. Sementara Dr. K.H. Amal Fathullah Zarkasyi, M.A. yang kini menjabat sebagai Rektor Institut Studi Islam Darussalam (ISID) mengalami peristiwa ini saat masih duduk di Kelas 3 Intensif KMI. Selain beliau, masih ada H. Muhammad Sutikno, B.A. dan H. Syarif Abadi yang mengalami kejadian ini saat keduanya duduk di Kelas 2 KMI. Satu lagi, yaitu H. Abdullah Rofi’i, S.Ag. yang telah mengalami Persemar 1967 di saat beliau baru menjadi siswa KMI yang duduk di Kelas 1. Pada peringatan tahun ini dan setahun yang lalu, guru-guru senior yang menjadi saksi mata Persemar 1967 tersebut diminta Pimpinan Pondok untuk menyampaikan detail kejadian yang dialami saat itu di hadapan santri-santri dan segenap guru, dengan membacakan Dokumen Persemar 1967.

“Sebagai seorang muslim, jangan sampai kita masuk ke lubang yang sama dua kali,” pesan Pimpinan PMDG, K.H. Hasan Abdullah Sahal, yang disimak dengan penuh perhatian oleh segenap santri dan guru. Beliau menegaskan, siapapun yang akan memimpin PMDG menggantikan beliau beserta Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. dan K.H. Syamsul Hadi Abdan, ia harus berjalan di atas rel yang telah ditetapkan Trimurti sesuai amanat yang tertulis di Piagam Penyerahan Wakaf Pondok Modern. Ibarat kereta api, siapapun masinisnya, kereta harus tetap berjalan di atas rel yang sama, tidak boleh berubah. Nilai-nilai yang telah diwariskan para pendiri pondok ini harus terus dipertahankan, tidak boleh berubah sedikit pun, termasuk struktur dan kultur yang telah ada sejak berdirinya Gontor. “Pahamilah pondok secara utuh agar kalian tahu dan mengerti ‘ke Gontor apa yang kau cari?’ sehingga tidak kecewa atau mengecewakan, dan jangan sampai mengajak orang lain kecewa,” demikian nasihat K.H. Hasan Abdullah Sahal. irba

Popular Articles