Date:

Share:

Ustadz Hasan: Bersama RI, Gontor Anti Penjajah dan Penjajahan

Related Articles

Sujud Syukur 90 Tahun Gontor bersama Wakil Presiden Republik Indonesia - YouTube.MP4_004087407GONTOR–Acara sujud syukur dan pembukaan Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor yang dihadiri Wakil Presiden (Wapres) RI berjalan sukses, Sabtu (20/8) pagi. Pada kesempatan ini, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, K.H. Hasan Abdullah Sahal, mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas kesediaan Wapres Jusuf Kalla menyempatkan diri ke Gontor untuk kedua kalinya, setelah 10 tahun silam juga menghadiri dan membuka Peringatan 80 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor.

“Kehadiran Bapak Wakil Presiden hari ini benar-benar membesarkan hati kami. Pada detik-detik ini, di seluruh dunia, ribuan pasang mata dan telinga melihat dan mendengar bahwa Bapak Wakil Presiden RI, Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, saat ini berada di Gontor. Mereka semua memonitor kita dengan caranya masing-masing,” kata Ustadz Hasan saat menyampaikan sambutan dan ucapan ‘selamat datang’ kepada Wapres RI, Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, di Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM).

“Bagi kami Keluarga Besar Pondok Modern Darussalam Gontor, Bapak Jusuf Kalla bukanlah orang asing sama sekali, bukanlah orang lain yang tidak kami kenal. Sudah kami kenal dengan baik. Adik dan keponakan-keponakannya banyak di Gontor. Demikian juga dengan Bapak Lukman Hakim Saifuddin yang juga turut hadir di sini. Tidak perlu kami perkenalkan. Kegontoran beliau ini masih sangat kental sekali. Yang pasti, kedatangan bapak-bapak ini sangat membesarkan hati kami semua.”

“Pondok ini adalah pondok kita semua, pondok umat Islam sedunia yang diamanatkan untuk pembinaan umat. Kami hanya mendapat amanat untuk mendidik. Karena itu, dari dulu kami memilih dan tetap memilih untuk menjadi lembaga pendidikan, bukan lembaga politik, bukan lembaga pergerakan, bukan lembaga keuangan, bukan pula lembaga-lembaga lainnya selain lembaga pendidikan. Kami akan tetap mendidik dan terus mendidik.”

“Di antara anak didik kami ada yang berhasil 100 persen, ada yang berhasil hanya 10 persen, ada yang berhasil 20 persen, ada yang berhasil 30 persen. Kadangkala, ada yang perkembangannya melesat jauh, dan ada juga yang mungkin kurang tahu banyak tentang pondok. Seperti halnya bangsa ini, ada yang keindonesiannya seratus persen, ada yang 50 persen, dan ada juga yang hanya 20 persen. Jadi, pendidikan kami ada yang berhasil, namun ada juga yang kurang berhasil. Walaupun demikian, kami tetap memilih bergerak sebagai lembaga pendidikan. Kami tahu bahwa Bapak Wapres sangat peduli dengan pendidikan, khususnya pendidikan pesantren. Beliau ini putra Bapak Ahmad Kalla yang putra-putranya dipondokkan, termasuk adik beliau. Maka, kami yakin bahwa pendidikan yang kami lakukan ini sesuai dengan pendidikan Indonesia.”

Ustadz Hasan menambahkan, pesantren bersama seluruh santri-santrinya berada di barisan terdepan dalam menjalankan Pancasila, melaksanakan UUD 1945, menerapkan Bhinneka Tunggal Ika, dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Dalam menjaga dan menjalankan pilar-pilar kebangsaan, pesantren berada paling depan. Untuk Pancasila, kami paling depan. Untuk UUD 1945, kami paling depan. Untuk Bhinneka Tunggal Ika, kami juga paling depan. Untuk keutuhan NKRI, kami pun paling depan. Jadi, tentang pilar-pilar kebangsaan, anak-anak kami di sini insya Allah lulus semua tanpa perlu diuji. Kalau tidak lulus, putra kita Bapak Lukman Hakim Saifuddin ini tidak jadi Menteri Agama RI. Karena keempat pilar kebangsaannya teruji, maka beliau diterima menjadi menteri.”

“Hari ini, kami mengundang Bapak Wapres RI dan para undangan untuk ikut bersyukur. Selama 90 tahun pondok ini berjalan, sejak zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang, hingga zaman kemerdekaan, sampai zaman Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin, Orde Lama, Orde Baru, dan sampai sekarang, kami tetap tegak berdiri dengan nilai-nilai dan pilar-pilar pondok kami yang akan terus berjalan bersama Republik Indonesia.”

“Dengan nilai-nilai dan sunnah-sunnah pondok pesantren, kami mendidik putra-putri Bapak yang jumlahnya sudah mencapai 23.000-an. Kampus-kampus Gontor tersebar di seluruh Indonesia, termasuk yang dirintis di Poso dengan bantuan Bapak Wapres Jusuf Kalla.”

“Kami bersyukur masih bisa membawa dan menjalankan misi pondok ini sesuai dengan cita-cita para pendiri. Kami terus bergerak menuju cita-cita yang tinggi, yang masih jauh dari harapan. Cita-cita kami itu ibarat berangkat ke Mekah, kita baru sampai di Jakarta. Atau, ibarat berangkat ke Jakarta, kita baru sampai di Jabung (sebuah desa tidak jauh dari Gontor-red). Jadi, perjalanan ini masih jauh sekali. Oleh karena itu, dengan kebersamaan kita, yakni bersama pemerintah, masyarakat sipil dan militer, pondok akan berjuang untuk mengisi kemerdekaan ini di bidang pendidikan.”

“Naluri pondok pesantren sudah 200 tahun dibina para pendirinya, yaitu untuk membentengi negeri ini dari pengaruh penjajah. Sehingga, anak bangsa kita anti penjajah dan penjajahan. Anti penjajah dan penjajahan itulah naluri pondok pesantren yang harus kita jaga sampai sekarang.”

“Gontor bersama negara ini anti penjajah, anti penjajah dan penjajahan.”

“Sekali lagi, cita-cita kita masih jauh, yaitu mewujudkan universitas Islam yang bermutu dan berarti. Entah lima tahun lagi atau sepuluh tahun ke depan, Universitas Darussalam Gontor sudah memiliki Fakultas Kedoteran, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, dan lain sebagainya, di samping fakultas-fakultas yang sudah ada saat ini. Cita-cita ini adalah titipan kita, titipan negara dan bangsa Indonesia.”

“Pondok ini akan terus berjalan, baik disumbang atau tidak disumbang, dibantu atau tidak dibantu. Kalau disumbang insya Allah berjalan lebih cepat…,” tutur Ustadz Hasan mengakhiri sambutannya. shah wa

Popular Articles